Minahasa Tenggara, 10/2 (Antara) - Warga sub etnis Pasan dalam rumpun etnis Minahasa di Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mulai melestarikan kembali salah satu warisan budaya para leluhur mereka yakni Tarian Kite Murik.
"Kita mulai melestarikan kembali salah satu tarian warisan para leluhur kami yang sudah lama tak dilaksanakan yakni Tarian Kite Murik," kata salah satu pemerhati budaya sub etnis Pasan Meng Kuhu di Ratahan.
Dirinya menuturkan tarian tersebut melambangkan semangat para leluhur dari sub etnis tersebut dalam bergotong royong dalam membuka lahan untuk menanam padi.
"Tarian ini khusus melambangkan semangat Mapalus (gotong royong) dari para leluhur kami saat membuka kawasan hutan untuk dijadikan lahan persawahan," katanya.
Dirinya menjelaskaan tarian tersebut diperagakan oleh empat pasangan muda-mudi yang melambangkan bagaimana cara nenek moyang melakukan pekerjaan menanam.
"Semakin banyak masyarakat di Liwutung berkumpul dan disepakati oleh tiap-tiap suku untuk membuka lahan-lahan baru atau biasa disebut barintis atau merintis," kata Meng.
Pria lanjut usia ini melanjutkan, ketika para leluhur sepakat dan melakukan `barintis`, selanjutnya akan dilakukan upacara adat yang dipimpin para tetua kampung.
"Mulai dari pembukaan kebun, menanam sampai panen dengan menggunakan budaya mapalus yang masih ada sampai sekarang ini," ujarnya
Dilanjutkan Meng, sebelum menanam para tetua kampun tersebut melaksanakan upacara adat yang disebut `Ima Tuntun Kite Makinawi`.�
"Artinya, meminta restu lewat berdoa kepada Tuhan untuk kiranya memberkati benih-benih yang ditanam agar memberikan hasil yang terbaik," katanya.
Selain benih padi, kata Meng benih lain yang paling banyak ditanam adalah, cengkih, kelapa, dan jagung yang sering diistilahkan dalam bahasa daerah oleh penduduk setempat `Muwokar irik umak maka umpak wia en` (Mengurus kebun sampai waktu panen).
"Pada saat itu juga, para leluhur menyiapkan tempat berupa lumbung-lumbung, gubuk atau sabuah untuk menampung hasil panen tanpa lupa untuk mengucapsyukur kepada Tuhan untuk hasil yang didapat atau dalam bahasa daerah kite mapakamang si yuwok fomamey kawiya en," tandasnya.
Sementara itu tarian ini sering dipentaskan oleh pemuda-pemuda di Desa Liwutung Kecamatan Pasan setiap acara besar di desa tersebut.***1***

