Manado (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) bersama dengan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) terus memperkuat program pengendalian inflasi di daerah tersebut.
"Untuk memperkuat program maka kami menyelenggarakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mendukung stabilitas harga di Kabupaten Bolmut," kata Kepala BI Sulut Joko Supratikto, di Manado, Jumat.
Dia mengatakan, stabilitas harga tetap menjadi prioritas bersama. Data per Juni 2025 mencatat inflasi Sulawesi Utara sebesar 1,85 persen (ytd) lebih tinggi dari akumulasi realisasi nasional.
Komoditas beras dan cabai rawit menjadi pendorong utama inflasi akibat keterbatasan pasokan dan gangguan cuaca.
Meskipun Kabupaten Bolmut bukan termasuk kota/kab pantauan IHK, namun tren harga komoditas di wilayah ini kerap sejalan bahkan lebih tinggi dari daerah sekitar, terutama pada komoditas strategis.
Sebagai bentuk respons terhadap tantangan tersebut, Pemkab bersama TPID dan Bank Indonesia akan terus mendorong penguatan program pengendalian inflasi.
Bupati Bolmut Sirajudin Lasena mengatakan bahwa komoditas padi merupakan salah satu kekuatan utama ekonomi di daerah yang berbatasan dengan Provinsi Gorontalo itu.
Namun, ia menyampaikan keprihatinan bahwa harga beras di pasaran belum sepenuhnya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai wujud komitmen terhadap ketahanan pangan, Pemkab Bolmut telah menyalurkan sebanyak 107 ton beras yang berasal dari hasil panen pada lahan seluas 235 hektare dari dua desa.
Sementara itu, katanya, inflasi yang stabil menjadi jantung kesejahteraan masyarakat karena sangat erat kaitannya dengan daya beli dan keterjangkauan kebutuhan pokok.

