VARIETAS Kelapa Bido menjadi jawaban kegelisahan dan jeritan petani di tengah tingginya biaya operasional panen dengan kondisi kelapa yang tinggi. Keunggulan kelapa asal Kabupaten Morotai, Maluku Utara tersebut menjadi angin segar bagi petani.
Kelapa Bido merupakan jenis Kelapa Dalam dengan sifat seperti Kelapa Genjah untuk karakter kecepatan berbuah dan karakter batang lambat bertambah tinggi.
Varietas unggul nasional ini memiliki batang pendek sehingga mudah dipanen, lambat bertambah tinggi, cepat berbuah, serta memiliki produktivitas tinggi.
Kelapa Bido mulai berbuah di umur tiga tahun, dan rata-rata berat buah 2,5 kg per butir. Dalam rentang usia 60 tahun, tinggi batang kelapa Bido hanya mencapai 9 meter. Sedangkan untuk jenis kelapa Dalam pada umumnya di usia yang sama, tingginya bisa mencapai lebih dari 20 meter.
Kelapa Bido memiliki potensi hasil kopra lebih dari 4 ton per hektare per tahun, dengan berat kopra per butir sebanyak 320 gr dan kadar minyak 58,34 persen.
Sebagai negara penghasil kelapa ketiga terbesar di dunia, kelapa harus terus dikembangkan. Penyebab menurunnya produktivitas kelapa adalah umur tanaman yang sudah tua (>50 tahun) sebanyak 70-75 persen dari total tanaman kelapa Indonesia, sedangkan program peremajaan belum berjalan dengan baik, serta rendahnya intensifikasi dalam budidaya.
Kendala dan masalah utama di sektor hulu menyebabkan produksi menurun sepanjang tahun sebesar 1,27 persen (2010-2019) yang berasal dari perkebunan rakyat (98 persen).
Karena itu, Kehadiran Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Palma sebagai upaya pemerintah agar setiap benih kelapa dan teknik budidaya yang diterapkan petani sesuai standar nasional Indonesia (SNI).
Begitu juga dengan produk turunan kelapa yang berSNI guna meningkatkan kualitas produk, daya saing, serta keselamatan dan keamanan konsumen.
Kelapa Bido dapat menjadi salah satu alternatif untuk dikembangkan. Dengan keunggulan yang dimiliki, Kelapa Bido mampu menjawab kebutuhan dan keberlanjutan kelapa di Indonesia.