Manado (ANTARA) - Menakar Peran Bank SulutGo dalam Perekonomian Daerah Sebagai bank daerah yang beroperasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo, Bank SulutGo (BSG) memiliki tanggung jawab besar dalam mendukung perekonomian lokal.
Sejak berdiri, bank ini berfungsi sebagai pilar utama dalam menyalurkan kredit kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), mendukung proyek infrastruktur daerah, serta membantu pengelolaan kas daerah.
Namun, di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial dan meningkatnya persaingan dengan bank nasional maupun fintech, pertanyaan mendasar muncul: apakah BSG siap menghadapi tantangan baru ini?
Perkembangan Kinerja Bank SulutGo: Sukses atau Stagnan?
Selama sepuluh tahun terakhir, BSG mencatat pertumbuhan yang cukup baik dalam berbagai aspek finansial. Total aset bank ini meningkat dari sekitar Rp7 triliun pada 2013 menjadi lebih dari Rp18 triliun pada 2023. Penyaluran kredit juga mengalami peningkatan, khususnya bagi sektor produktif seperti UMKM dan proyek infrastruktur daerah. Rasio kredit bermasalah (NPL) pun berhasil ditekan dari 3,5 persen pada 2013 menjadi 2,1 persen pada 2023, mencerminkan perbaikan dalam manajemen risiko.
Namun, di balik pencapaian ini, ada tantangan besar yang tidak bisa diabaikan. Digitalisasi perbankan menjadi keharusan di era ini, tetapi inovasi digital BSG masih tertinggal dibandingkan bank nasional. Meskipun telah meluncurkan mobile banking dan layanan QRIS sejak 2018, penetrasi layanan digitalnya masih belum optimal, terutama di wilayah pedesaan yang masih bergantung pada layanan perbankan konvensional.
Selain itu, daya saing BSG dibandingkan dengan bank daerah lainnya juga menjadi perhatian. Beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia, seperti Bank Jatim dan Bank DKI, telah lebih dulu mengadopsi layanan digital secara lebih luas, termasuk fitur fintech dan layanan e-wallet yang lebih terintegrasi. Jika BSG tidak segera berbenah, maka akan semakin sulit untuk menarik nasabah baru serta mempertahankan loyalitas yang ada.
BSG di Persimpangan Jalan: Inovasi atau Tergerus Zaman?
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, BSG tidak bisa hanya mengandalkan loyalitas nasabah lokal. Bank nasional dan fintech telah menawarkan layanan yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih fleksibel. Jika tidak beradaptasi, BSG berisiko kehilangan pangsa pasarnya, terutama di kalangan generasi muda yang lebih memilih layanan perbankan digital.
Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan BSG dalam lima tahun ke depan meliputi:
1.Transformasi Digital Secara Menyeluruh
Mengembangkan ekosistem digital yang lebih kuat, termasuk peningkatan fitur dalam mobile banking dan layanan perbankan berbasis aplikasi.
Memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi operasional, termasuk dalam analisis kredit dan manajemen risiko.
Memastikan keamanan data nasabah dengan infrastruktur teknologi yang lebih andal untuk menghindari risiko siber.
2.Dukungan terhadap UMKM dan Sektor Strategis
Menyediakan skema kredit dengan bunga kompetitif untuk membantu UMKM berkembang di tengah tantangan ekonomi.
Mengembangkan program literasi keuangan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan perbankan.
Menjalin kemitraan dengan e-commerce dan startup lokal untuk mempercepat digitalisasi sektor UMKM.
3.Investasi dalam Sektor Infrastruktur dan Pariwisata
Meningkatkan perannya dalam pembiayaan proyek infrastruktur strategis seperti jalan, pelabuhan, dan kawasan wisata.
Mengembangkan produk keuangan berbasis syariah untuk menarik lebih banyak nasabah yang membutuhkan layanan perbankan sesuai prinsip syariah.
Menjadi mitra utama pemerintah daerah dalam membangun kawasan pariwisata unggulan di Sulawesi Utara.
4.Mendukung Keuangan Berkelanjutan
Berkontribusi pada ekonomi hijau dengan memberikan kredit khusus untuk proyek-proyek ramah lingkungan.
Mendorong pendanaan untuk energi terbarukan dan industri berbasis keberlanjutan yang dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
5.Meningkatkan Keterlibatan dengan Masyarakat Lokal
Meningkatkan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pengembangan ekonomi masyarakat melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Membangun kemitraan dengan sekolah dan universitas dalam program edukasi keuangan guna meningkatkan literasi finansial di Sulawesi Utara.
Perbandingan dengan Bank Daerah Lain
Jika dibandingkan dengan Bank Pembangunan Daerah lainnya di Sulawesi, seperti Bank Sulselbar (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) dan Bank Sulteng (Sulawesi Tengah), BSG memiliki modal yang lebih besar dan jaringan yang lebih luas. Namun, dalam hal digitalisasi dan ekspansi layanan, Bank Sulselbar telah lebih dulu mengadopsi beberapa inovasi, seperti integrasi dengan e-commerce dan layanan keuangan digital berbasis blockchain.
Di sisi lain, Bank Sulteng masih lebih kecil dalam skala operasional, tetapi memiliki pertumbuhan kredit yang lebih agresif dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa BSG memiliki peluang untuk berkembang lebih jauh, tetapi harus lebih inovatif dalam strategi bisnisnya.
Membaca Prospek Lima Tahun ke Depan
Dengan strategi yang tepat, BSG berpotensi untuk terus tumbuh dan menjadi bank daerah yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berdaya saing di tingkat nasional. Jika berhasil mengoptimalkan layanan digital, memperkuat kemitraan dengan sektor produktif, serta menyesuaikan diri dengan tren keberlanjutan, BSG dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.
Namun, tanpa transformasi yang signifikan, risiko stagnasi tetap mengintai. Jika tidak mampu mengejar ketertinggalan digital dan tidak berinovasi dalam menghadapi persaingan, BSG bisa kehilangan relevansi di era perbankan modern.
Salah satu peluang terbesar bagi BSG dalam lima tahun ke depan adalah mendukung pertumbuhan sektor pariwisata Sulawesi Utara. Dengan semakin populernya destinasi seperti Bunaken, Likupang, dan Manado sebagai pusat wisata bahari, kebutuhan akan layanan perbankan yang mendukung bisnis pariwisata juga meningkat. BSG dapat mengambil peran lebih aktif dalam memberikan pembiayaan kepada pelaku industri pariwisata, termasuk hotel, restoran, dan usaha penyewaan alat selam serta kapal wisata.
Kesimpulan: Saatnya Berani Berubah
Bank SulutGo berada di titik kritis. Dalam lima tahun ke depan, keputusan yang diambil akan menentukan apakah bank ini tetap menjadi pemain utama dalam ekonomi daerah atau sekadar menjadi institusi keuangan yang tertinggal. Kecepatan beradaptasi dan keberanian untuk berubah menjadi kunci bagi BSG untuk tetap relevan dan memberikan manfaat optimal bagi perekonomian Sulawesi Utara. Dengan langkah yang tepat, BSG bukan hanya bisa bertahan, tetapi juga menjadi contoh sukses transformasi bank pembangunan daerah di Indonesia.
Jika BSG mampu menjalankan strategi transformasi digital, meningkatkan penetrasi kredit di sektor produktif, dan lebih berperan dalam pembangunan daerah, maka posisinya akan semakin kuat. Namun, jika tetap mengandalkan model bisnis konvensional tanpa inovasi yang berarti, BSG berisiko kehilangan daya saingnya.
Oleh karena itu, sekaranglah saatnya bagi BSG untuk berani melangkah maju dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Hanya dengan demikian, BSG dapat benar-benar menjadi pilar ekonomi Sulawesi Utara yang berdaya saing tinggi dan mampu berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan daerah.
##Oleh Ketua ISEI Cab. Manado SULUT/ Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan dan Alumni FEB UNSRAT, Joy Elly Tulung