Manado (ANTARA) - Koordinator Perkamusan dan Peristilahan Balai Bahasa Sulawesi Utara Nurul Qomariah mengatakan, program kamus masuk sekolah (KMB) merupakan salah satu upaya jajarannya memperkuat budaya literasi dan pemartabatan bahasa, khususnya bahasa daerah, di lingkungan pendidikan dasar.
"Program KMS tersebut dilaksanakan di dua sekolah dasar yakni SD Inpres Buku dan SD Negeri Tababo di Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara," kata Nurul di Manado, Senin.
Dia mengatakan, respons siswa menunjukkan bahwa kamus bergambar multibahasa mudah dipahami, menarik secara visual, relevan dengan usia anak dan dapat membantu mempelajari bahasa daerah Ponosakan.
"Kegiatan ini juga memberikan informasi penting bagi pengembangan kamus ke depan, yaitu bahwa format visual yang kaya dan penggunaan tiga bahasa sangat cocok bagi pembelajar pemula," ujarnya.
Nurul menambahkan, analisa program KMS di dua sekolah tersebut menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan kamus sangat baik, serta siswa mampu memahami isi kamus tanpa kesulitan yang berarti.
"Hasil analisa kami bahwa gambar memiliki peran signifikan dalam memperjelas makna kosakata, terutama bahasa Ponosakan yang sebagian besar siswa belum kuasai," ujarnya.
Selanjutnya, keterampilan merujuk meningkat, dibuktikan dengan keberhasilan siswa menemukan halaman berdasarkan tema hanya dengan melihat daftar isi, metode permainan dan kuis sangat membantu menjaga fokus siswa serta respons emosional siswa positif.
"Kegiatan ini memperkuat kesadaran bahasa daerah, karena siswa menunjukkan minat untuk belajar lebih banyak kosakata Ponosakan," katanya.
Nurul menambahkan, pada tahun ini, Balai Bahasa telah menyelesaikan penyusunan Kamus Bergambar Multibahasa Indonesia–Ponosakan–Inggris, sebuah kamus bergambar yang dirancang sebagai bahan rujukan kebahasaan untuk anak-anak tingkat sekolah dasar.
Kamus ini tidak hanya menyajikan kosakata dasar dalam tiga bahasa, tetapi juga dilengkapi ilustrasi yang menarik sehingga lebih mudah dipahami oleh pembelajar pemula.
"Kegiatan KMS di Kabupaten Minahasa Tenggara dilaksanakan oleh Tim Perkamusan Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara untuk memperkenalkan kamus tersebut kepada siswa SD sebagai target pengguna utama," ujarnya.
Program tersebut dimaksudkan untuk menguji keterbacaan isi kamus guna memastikan bahasa, kosakata, ilustrasi, dan penyajian materi sudah sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan anak-anak.
"Uji keterbacaan ini penting untuk mengetahui apakah kamus benar-benar dapat mendukung proses pembelajaran bahasa, khususnya bahasa daerah Ponosakan, yang saat ini termasuk salah satu bahasa daerah yang terancam punah dan memerlukan revitalisasi," katanya.

