Manado (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyebutkan gempa tektonik jauh mendominasi kegempaan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, periode 1-15 Juni 2025.
Dalam laporan yang dibagikan Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku, Juliana DJ Rumambi disebutkan, seismograf merekam 19 kali gempa guguran, 27 kali gempa vulkanik dangkal, enam kali gempa vulkanik dalam, dua kali gempa tektonik lokal, dan 53 kali gempa tektonik jauh.
"Berdasarkan data pengamatan visual, guguran masih tidak teramati dan tinggi asap kawah rata rata masih di bawah 100 meter dari puncak," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid AN di Manado, Jumat.
Adapun secara instrumental, aktivitas kegempaan Gunung Soputan masih tinggi dan berfluktuatif.
Secara keseluruhan, pada periode ini aktivitas kegempaan relatif turun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya baik gempa gempa vulkanik maupun gempa-gempa tektonik, dan secara deformasi juga tidak ada perubahan yang signifikan.
"Potensi bahaya aktivitas Gunung Soputan saat ini berupa lontaran dan aliran/guguran lava maupun piroklastik," ujarnya
Jika terjadi erupsi gunung api, potensi bahaya sekunder berupa lahar dapat terjadi di sepanjang sungai/lembah yang berhulu di Gunung Soputan.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 15 Juni 2025 tingkat aktivitas Gunung Soputan pada Level II (Waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini.