Peneliti : Presidensi G20 2022 bukti RI masuk kelompok negara berpengaruh
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto menilai Presidensi G20 2022 merupakan bukti bahwa Indonesia masuk kelompok negara berpengaruh yang memiliki peranan strategis, sehingga masyarakat harus bangga dengan keketuaan ini.
"Kita patut berbangga bahwa negara Indonesia masuk ke dalam kelompok negara G20. Kelompok negara G20 ini bisa dikatakan sebagai kelompok negara elit yang memiliki peran strategis dalam ekonomi politik global,” kata Agus dalam pernyataan di Jakarta, Kamis.
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).
Dengan demikian, G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia, sehingga bisa menjadi game changer bagi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi dunia saat ini.
Menurut Agus, Presidensi G20 menjadi momen Indonesia untuk bisa mengambil manfaat dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
"Momen ini juga penting untuk menarik investasi, meningkatkan perdagangan, dan meningkatkan kerja sama ekonomi, baik yang sifatnya multilateral maupun bilateral," ucapnya.
Ia pun menekankan dalam mengambil manfaat Presidensi G20, Indonesia harus piawai dalam negosiasi dan lobi politik dengan negara-negara anggota G20.
Poin-poin kerja sama yang dilakukan harus dibuat dengan detil sehingga tidak ada celah untuk negara mengalami kerugian bagi ekonomi dan politik Indonesia.
"Ini yang harus dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri beserta kementerian-kementerian terkait sehingga semua kerja sama ekonomi dan politik menciptakan keuntungan yang optimal bagi Indonesia," tutup dia.
"Kita patut berbangga bahwa negara Indonesia masuk ke dalam kelompok negara G20. Kelompok negara G20 ini bisa dikatakan sebagai kelompok negara elit yang memiliki peran strategis dalam ekonomi politik global,” kata Agus dalam pernyataan di Jakarta, Kamis.
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).
Dengan demikian, G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia, sehingga bisa menjadi game changer bagi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi dunia saat ini.
Menurut Agus, Presidensi G20 menjadi momen Indonesia untuk bisa mengambil manfaat dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
"Momen ini juga penting untuk menarik investasi, meningkatkan perdagangan, dan meningkatkan kerja sama ekonomi, baik yang sifatnya multilateral maupun bilateral," ucapnya.
Ia pun menekankan dalam mengambil manfaat Presidensi G20, Indonesia harus piawai dalam negosiasi dan lobi politik dengan negara-negara anggota G20.
Poin-poin kerja sama yang dilakukan harus dibuat dengan detil sehingga tidak ada celah untuk negara mengalami kerugian bagi ekonomi dan politik Indonesia.
"Ini yang harus dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri beserta kementerian-kementerian terkait sehingga semua kerja sama ekonomi dan politik menciptakan keuntungan yang optimal bagi Indonesia," tutup dia.