Manado (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap warga mewaspadai awan panas guguran Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
"Waspadai adanya awan panas guguran di mana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava," ajak Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN dalam laporan aktivitas Gunung Karangetang periode 16-22 Desember 2024 yang diterima di Manado, Jumat.
Dia mengatakan, karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur/longsor, serta kejadian lahar di waktu hujan di puncak.
Dalam laporan disebutkan akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah lembah jalur luncuran/guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir.
Kondisi ini memerlukan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah/sungai, selain itu juga perlu diwaspadai terjadinya lahar di waktu hujan di puncak.
Dari hasil evaluasi, kondisi visual tidak teramati adanya kejadian guguran/erupsi efusif, sementara tinggi asap maksimum mencapai 50 meter di atas puncak.
Dari seismisitas jenis gempa vulkanik dalam terekam masih tinggi selama minggu ini, hal ini diindikasikan terjadinya akumulasi magma pada bagian dalam yang mungkin akan bergerak ke bagian dangkal bahkan ke permukaan, sedangkan gempa lainnya juga mengalami peningkatan namun tidak signifikan.
Pada periode tersebut, terekam sebanyak 12 kali gempa embusan, 13 kali gempa hybrid/fase banyak, delapan kali gempa vulkanik dalam, dua kali gempa tektonik lokal dan 41 kali gempa tektonik jauh.
Status Gunung Karangetang masih ditetapkan siaga level tiga sejak November 2024 setelah menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan.