Manado (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama unsur perguruan tinggi di Provinsi Sulawesi Utara mengintegrasikan program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting.
"Diharapkan para akademisi yang hadir perlu menyikapi bonus demografi dengan menyiapkan SDM produktif, kemudian selain isu stunting, kesehatan jiwa perlu mendapat perhatian serius," ajak Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Manado, Kamis.
Perwakilan BKKBN Sulut menggelar Kelompok Diskusi Terarah (FGD) dengan perguruan tinggi di Sulut bagaimana mengintegrasikan program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting dalam penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi.
Ada sebanyak 64 akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang peduli stunting dan kependudukan mengikuti FGD tersebut.
Kepala BKKBN mengajak para akademisi untuk mengoptimalkan sebanyak 7.044 Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Sulawesi Utara serta membantu menghasilkan data yang dapat digunakan untuk disertasi, riset dan penelitian.
"Kami berharap dibuat pilot project dengan pemerintah daerah dan lintas sektor untuk mendukung KKN tematik stunting," ajak Hasto.
Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano Tandaju mengatakan, di di provinsi berpenduduk lebih 2,6 juta jiwa tersebut terdapat sebanyak 48 perguruan tinggi dan sembilan di antaranya telah menandatangani nota kesepahaman.
"Pada kesempatan ini selain akan melaksanakan kelompok diskusi terarah atau FGD juga akan ditandatangani 12 perjanjian kerja sama dengan perguruan tinggi," ujarnya.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2020, angka prevalensi stunting di Sulawesi Utara sebesar 20,5 persen, angka ini akan terus ditekan hingga di bawah 14 persen di tahun 2024 mendatang.