Manado, (Antaranews Sulut) - Bercocok tanam telah dilakukan sejak zaman dulu sebelum masehi.
Di zaman ribuan tahun sebelum masehi, berbagai bangsa memiliki pembagian kerja?di bidang pertanian. Ketika panen, pekerjaan dilakukan secara berkelompok untuk mendapatkan hasilnya.
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman tersebut.
Dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
Berangkat dari kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia, karena masih begitu banyak petani di Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.
Hal ini diakibatkan oleh sistem pengelolaan hasil tani yang harus melalui tengkulak untuk dapat dijual di pasaran.
Padahal, sektor pertanian merupakan salah satu bidang yang turut membangun perekonomian Indonesia sejak dulu hingga saat ini, bahkan di masa depan nantinya.
Sehingga, katanya, seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari hari ke hari semakin meningkat dan terus berkembang luas mulai dari kita besar sampai ke desa, begitu pula sistem pertanian terus berubah dari waktu ke waktu.
Semakin canggih dan mampu meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian di Indonesia termasuk Sulut.
Pertanian Konsep Bisnis
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendorong agar pertanian di daerah tersebut bisa berkonsep bisnis yang lebih panjang lagi.
Wakil Ketua Kadin Sulut Ivanry Matu mengatakan saat ini, petani di Sulut masih belum inovatif, hanya melakukan pekerjaan yang sama dari dulu, tanpa mengembangkan sesuai dengan kemauan zaman sekarang.
Ivanry mengatakan contoh paling konkrit saat ini ketika sektor perkebunan pegolahan kopra harganya merosot jauh, jika dihitung sangat tidak ideal lagi, karena itu perlu ada diversifikasi dan inovasi dan pola pikir di kalangan petani untuk menjadikan petani ke arah agribisnis, artinya menjadikan pertanian berkonsep usaha/bisnis.
Dengan menjadikan usaha berkonsep agribisnis, katanya, maka petani tidak hanya berorientasi pada panen saja tapi mulai dari hulu sampai hilir.?
Bagaimana pemanfaatan dan efisiensi di setiap titik produksi-tanam-panen-jual, karena ada potensi keuntungan di setiap proses tersebut.
Dia menjelaskan petani harus mulai dibiasakan dan diajarkan ketika memilih benih ada yang bagus dan tidak boros dalam menyemai, kemudian waktu masa tanam juga dipilih benih yang cepat panen.
Dengan perlakuan pupuk organik dan perawatan yang murah tapi berkualitas, karena produk seperti ini banyak dicari pasar domestik maupun internasional," jelasnya.
Demikian juga, katanya, waktu panen ada teknik menggunakan teknologi tepat guna dalam rangka efisiensi dan mengurangi loss, atau ada diversifikasi produk turunan.
Begitu juga ketika akan dijual, pakai cara-cara marketing yang sederhana, tapi dengan profit lebih tinggi, dan menerapkan manajemen tersebut agar terkontrol dan terevaluasi.
Cara-cara sederhana itu dapat meningkatkan nilai tambah petani dan cita-cita petani sejahtera sedikit demi sedikit dapat kita wujudkan," jelasnya.
Profesi Petani
Bendahara DPD Pemuda Tani Indonesia Provinsi Sulut Herol Kaawoan menargetkan akan meningkatkan profesi petani di daerah tersebut.
Karena saat ini profesi petani sudah mulai berkurang, padahal lahan perkebunan dan pertanian masih cukup besar untuk dikelola," kata Herol.
Herol mengatakan potensi sumber daya alam di Sulut luar biasa baik adanya, sebagai bukti Kecamatan Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan daerah holtikultura terbesar dan bisa dikatakan dapurnya Indonesia Timur, karena merupakan pemasok bahan sayuran di Indonesia Timur.
Dia mengatakan ada juga kopi Kotamobagu yang sudah mulai dikenal orang, dan di daerah Rurukan Kota Tomohon yang berada di dataran tinggi membuat semua jenis tanaman holtikultura tumbuh subur.
Dan, katanya, tanaman cengkik dan padi di daerah Minahasa dan Bolmong Raya, bahkan kelapa di daerah selatan yang kualitas baik untuk pembuatan minyak goreng?
Serta, katanya, komoditas pala di daerah kepulauan Sitaro yang semua itu ada di Provinsi Sulut, bahkan sudah sampai pasar ekspor.
Hal ini pertanda bahwa peluang bagi petani Sulut untuk peningkatan kesejahtraan itu terbuka lebar," jelasnya.?
Dia menjelaskan permasalahannya saat ini masyarakat Sulut sudah mulai meninggalkan profesinya sebagai petani dan mulai beralih ke ojek dan sopir bahkan ada yang mencoba keberuntungannya ke luar negeri sebagai TKI, padahal daerah Sulut kekurangan profesi petani untuk mengolah potensi sumber daya alam yang ada.?
Terlepas dari permasalahan yang ada, sebagai upaya peningkatan kesejahtraan petani dan mengembalikan semangat bekerja para petani, jika diperkenankan Tuhan saya terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulut Dapil Minahasa-Tomohon saya akan berjuang membuat program pengembangan potensi sumber daya alam untuk petani," jelasnya.
Pastinya juga akan bekerja sama dengan para eksekutif, dan pihaknya yakin hal ini dapat terwujud karena pengalaman dirinya sudah 10 tahun berbuat untuk petani Sulut dengan memasarkan hasil pertanian keluar daerah.
Pertanian Terintegrasi
Bank Indonesia (BI) mengembangkan klaster pertanian terintegrasi hingga menghasilkan "zero waste" atau tanpa limbah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulut.
Kepala BI Perwakilan Sulut Soekowardojo melalui Asisten Direktur Kepala Tim Advisory dan Keuangan Gunawan mengatakan pengembangan klaster pertanian terintegrasi itu merupakan tahun kedua.
Gunawan mengatakan hal itu sebagai bagian dari pelaksanaan tugas pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan khususnya implementasi PSBI Tematik.
Bank Indonesia Perwakilan Sulut melakukan Program Pengembangan Klaster Pertanian Terintegrasi antara tanaman padi dengan ternak sapi di Bolaang Mongondow Utara.
Memasuki tahun ke-2 ini, katanya, arah pengembangan adalah pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan untuk diolah menjadi pakan ternak, pupuk kompos maupun pupuk cair organik, serta biogas (zero waste system).
Peresmian instalasi kandang komunal dan instalasi pengolahan limbah tersebut telah dilakukan, dan diresmikan Gunawan sebagai Asisten Direktur Kepala Tim Advisory dan Keuangan bersama Suriansyah Korompot selaku Plt Bupati Bolmong Utara.
Dia menjelaskan kandang komunal dapat menampung 20-30 ekor sapi, sementara instalasi biogas mampu menghasilkan gas yg dapat dimanfaatkan oleh sekitar 24 rumah untuk masak maupun penerangan.
Sementara itu, katanya, kapasitas pupuk cair yang dihasilkan sekitar 100 liter dengan kisaran harga per liter Rp30 ribu.
Selain meningkatkan kualitas pengelolaan ternak, katanya, produk sampingan tersebut dapat dijual oleh peternak sehingga diperoleh tambahan penghasilan yang cukup besar.
Diharapkan taraf hidup dan kesejahteraan petani akan meningkat, dan permasalaham limbah pertanian maupun peternakan dapat teratasi.
Bagi perekonomian Sulut sendiri, katanya, ketersediaan ternak sapi dalam jumlah memadai akan membantu upaya ketahanan pangan serta pengendalian harga daging sapi, yang pada gilirannya akan membantu upaya pengendalian inflasi di Sulut.
Manfaatkan PLKA
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulut mengajak petani dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) memanfaatkan ajang Pasar Lelang Komoditas Agro (PLKA) tahun 2018 ini.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut Hanny Wajong mengatakan tahun ini ada delapan kali pelaksanaan PLKA di Sulut.
Hanny mengatakan pihaknya akan memfasilitasi para petan dan UMKM yang mau masuk ke pasar melalui PLKA.
Sebenarnya permintaan hasil pertanian dan UMKM di PLKA sangat tinggi, namun masih banyak yang belum memanfaatkannya," kata Hanny.
Sehingga, katanya, tahun ini pihaknya akan mendorong hasil pertanian dan UMKM dipasarlelangkan di PLKA tahun 2018 ini.
Ia menjelaskan PLKA dilakukan dengan maksud mendekatkan diri langsung ke pelaku usaha, petani, dan nelayan, sehingga bisa dipertemukan dengan pengusaha.
Dengan demikian, katanya, komoditas agro di daerah tersebut dapat tersalurkan kepada pembeli langsung, sehingga para petani dapat menikmati harga tinggi, karena dapat menjual langsung ke calon pembeli.
Tanpa PLKA, katanya, biasanya petani hanya menikmati keuntungan kecil, sebab harga dipermainkan oleh para tengkulak.
Hanny berharap, baik para petani maupun pelaku usaha kecil di Sulut manfaatkan PLKA.
Kesejahteraan
Kesejahteraan petani di Provinsi Sulut pada bulan Mei 2018 mengalami peningkatan namun tipis, disebabkan oleh membaiknya harga komoditi yang dijual petani
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Moh Edy Mahmud mengatakan peningkatan kesejahteraan petani tersebut, tercermin pada Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulut pada bulan Mei 2018 naik 0,48 persen, dari nilai 94,41 pada bulan April 2018 menjadi 94,87 di bulan Mei 2018.
Nilai NTP selama tahun kalender 2018 mengalami penurunan 0,31 persen, tetapi secara YoY (tahun ke tahun) masih mengalami kenaikan 2,64 persen.
Dan, katanya, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada Mei 2018 naik 0,25 persen dibanding bulan sebelumnya, pada bulan April masih 106,72 dan di bulan Mei sudah menjadi 106,98.
Perkembangan NTP Sulut sampai bulan Mei 2018 masih berada di bawah 100, keadaan ini menunjukan daya beli petani secara umum belum membaik dibanding kondisi pada tahun 2012 (tahun dasar).
Dari hasil pemantauan harga komoditi di perdesaan, secara umum dapat digambarkan membaiknya nilai NTP sebesar 0,48 persen, dikarenakan naiknya kenaikan indeks harga yang dibayar petani 0,70 persen; sementara Indeks Harga yang dibayar petani juga mengalami kenaikan dengan porsi yang lebih kecil hanya 0,22 persen.
NTP adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat daya beli petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.
NTP tanaman pangan (NTPP) pada bulan Mei naik 0,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya; dari 91,37 di bulan April menjadi 92,14 di bulan Mei.
Begitu halnya dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) di subsektor ini, juga mengalami kenaikan 0,49 persen, dari 99,68 pada bulan April menjadi 100,17 di bulan Mei.
NTP Hortikultura (NTPH) di bulan Mei turun 1,32 persen dibandingkan bulan sebelumnya; dari 96,03 di bulan April menjadi 94,78 di bulan Mei.
Sementara NTUP juga mengalami penurunan 1,07 persen, dari 110,27 di bulan April menjadi 109,10 di bulan Mei.
Di bulan Mei, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) menunjukan kenaikan 1,57 persen, dari 89,46 di bulan April menjadi 90,88 di bulan Mei. Naiknya harga-harga komoditi yang dihasilkan petani menjadi salah satu alasan naiknya nilai NTP.
Dan, NTUP Tanaman Perkebunan Rakyat juga mengalami kenaikan 0,94 persen. Dari 102,48 pada bulan April menjadi 103,46 di bulan Mei.
Sehingga, edukasi serta sosialisasi sistem pertanian yang modern akan terus dilakukan agar petani Sulut semakin sejahtera tanpa harus mengeluarkan tenaga yang besar, dan memanfaatkan pemasaran digital.
Karena, dorongan sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi Sulut masih sangat besar dan mendominasi.
Berita Terkait
PLN UID Suluttenggo dan Polda Sulut sinergi tingkatkan layanan masyarakat
Rabu, 4 Desember 2024 18:01 Wib
PLN kembangkan Desa Wisata Palaes tingkatkan ekonomi lokal
Rabu, 4 Desember 2024 14:00 Wib
Kemenkumham Sulut uji praktik kerja jaring calon ASN beritegritas
Rabu, 4 Desember 2024 9:37 Wib
BI dan Pelindo digitalisasi transaksi Pelabuhan Manado
Rabu, 4 Desember 2024 9:35 Wib
Jajaran Kemenkumham Sulut lepas Ronald Lumbuun ke Jakarta
Minggu, 1 Desember 2024 19:01 Wib
Madrasah di Bolmut edukasi pesta demokrasi sejak dini
Sabtu, 30 November 2024 15:07 Wib
Wakapolda Sulut sebut ASN hadir untuk perkokoh persatuan
Sabtu, 30 November 2024 8:10 Wib
BMKG ingatkan bahaya gelombang tinggi perairan Sulut
Jumat, 29 November 2024 8:35 Wib