Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat tingkat transaksi pembayaran nontunai menggunakan uang elektronik meningkat 21,4 persen hingga Oktober 2023 di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Sampai dengan Oktober 2023 transaksi nontunai di Sulut dengan menggunakan Uang Elektronik sebesar Rp160,64 miliar atau meningkat 21,4 persen (year on year/yoy)," kata Plh Kepala Perwakilan BI Sulut Renold Asri di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu.
BI Sulut juga mencatat untuk transaksi nontunai menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) sebesar Rp5,53 triliun atau meningkat 6,9 persen (yoy).
Dengan begitu, jumlah uang kartal di Sulut juga menurun sejalan dengan meningkatnya penggunaan sistem pembayaran digital atau Non Tunai.
Untuk menghadapi Hari Raya Natal dan Tahun baru 2023/2024, BI Sulut pada November dan Desember 2023 menyiapkan uang kartal sebesar Rp2,36 triliun atau turun 43,28 persen dari tahun 2022.
Kesiapan dana tunai ini, katanya, terdiri dari Uang Pecahan Besar (UPB) sebanyak Rp2,28 triliun dan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar Rp76 miliar.
Selanjutnya, tingkat penyetoran perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia juga mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp1,17 triliun atau turun sebesar 40,14 persen dibandingkan tahun lalu.
Perhitungan kebutuhan uang kartal tersebut bersumber dari proyeksi perbankan, proyeksi kebutuhan belanja daerah, penyaluran bansos pemerintah, kebutuhan perbankan, termasuk kebutuhan kas titipan BI yang tersebar di empat wilayah di Kepulauan yaitu Siau, Tahuna dan Melonguane, serta di Kota Kotamobagu yang juga menopang kebutuhan uang kartal di Bolmong Raya.
Ia menjelaskan bahwa total realisasi penyaluran uang kartal sampai dengan 12 Desember 2023 sebesar Rp1,62 triliun atau 68,99 persen dari total estimasi kebutuhan Natal dan Tahun Baru 2023/2024.
Sehingga, kata dia, masih terdapat sisa kebutuhan perbankan Rp732 miliar yang akan dibayarkan sampai dengan 27 Desember 2023.