Gubernur Sulut ajak Conch berinvestasi olah sampah jadi listrik
Manado (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey bersama rombongan ketika melakukan kunjungan kerja ke China, bertemu dengan Direktur Utama Grup Conch Yang Jun di Anhui Cina, Conch diajak berinvestasi pada proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Sulut.
Olly mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang terjalin selama ini. Dia mengatakan kunjungan ke Cina sekaligus melihat teknologi dan infrastruktur yang belum ada di Sulut.
"Senang Conch dapat berinvestasi di Indonesia lebih khusus di Sulawesi Utara. Sehingga Industri di Sulawesi Utara dapat bertumbuh lebih cepat," katanya sambil mengajak Conch mau berinvestasi di bidang pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL).
"Saat Ini Sulut sedang mempersiapkan proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL). Semoga Conch mau berinvestasi pada proyek PSEL di Sulawesi Utara. Salah satunya karena dari sisi jarak Sulawesi Utara lebih dekat ke China bila dibandingkan dengan Jakarta," ujar Gubernur Olly, Senin.
Olly menerangkan bahwa di sekitar lokasi pabrik Conch saat ini di Kabupaten Bolaang Mongondow banyak sekali sekam padi atau kayu-kayu sisa yang bisa menjadi alternatif batubara karena daerah tersebut adalah lumbung beras.
"Pemerintah Provinsi Sulut dapat menyiapkan lahan untuk menanam kayu/bambu untuk bahan bakar," terangnya.
Terkait pariwisata di Sulut, Olly meminta dukungan dari pimpinan Conch agar mengajak karyawan untuk berwisata ke Sulut, karena berwisata ke Sulut tidak kalah dengan Bali.
Budaya di Manado tidak jauh berbeda dengan budaya di China bila dilihat dari faktor sejarah orang manado keturunannya dari China.
Lebih jauh, Olly juga membeberkan banyaknya peluang investasi yang bisa dimanfaatkan Conch di Sulut sebagai bagian dari OBOR serta melobi dukungan pihak Conch agar kerjasama sister province yaitu Provinsi Anhui dan Provinsi Sulut dapat segera terwujud.
Dirut Grup Conch Yang Jun menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Sulut atas dukungan operasional pabrik Conch di Sulut berjalan lancar.
"Terima kasih karena operasional pabrik di Sulut sangat lancar. Indonesia adalah investasi pertama di luar China (terutama Sulawesi utara – pabrik paling berhasil) sebagai salah satu destinasi kebijakan OBOR (One Belt One Road)," katanya.
"Harapan yang tinggi supaya investasi ini dapat memberikan keuntungan keuntungan bagi kedua belah pihak," lanjut Yang Jun.
Menurut dia, sesuai arahan pemerintah pusat (Cina), investasi utama adalah industri semen kemudian akan didiversifikasikan ke industri yang lain seperti pipa PVC, pintu jendela, kaca dengan teknologi terbaru, tambang yang digerakkan dengan robot, dan industri yg digerakkan dengan robot lainnya.
"Untuk itu dimohonkan dukungan investasi Conch di Indonesia," pintanya.
Yang Jun juga menyebut di Cina, teknologi pengolahan sampah sedang dikembangkan untuk mengganti batubara sebagai sumber energi.
"Belakangan ini harga batubara terus naik. Untuk itu saat ini sedang diganti alternatif sumber energi salah satunya dari pengolahan sampah. Jika ini berhasil maka teknologi ini dapat dibawa ke Indonesia," paparnya.
Tambah dia, selain sampah bisa juga benda tak terpakai lainnya seperti sekam padi dan kayu yang nantinya bisa dibeli dari masyarakat sebagai tambahan pemasukan untuk menjadi bahan bakar.
"Contohnya pabrik di kamboja, Laos. Faktor kunci adalah lokasinya dekat dengan pabrik. Batang-batang padi setelah panen padi daripada dibakar jadi polusi lebih baik dijadikan bahan bakar," tandas Yang Jun.
Conch saat ini sedang melakukan penelitian bambu sebagai bahan bakar, bila terwujud akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar dan mendukung upaya pengentasan kemiskinan.
Terkait pariwisata di Sulut, Dirut Conch menyarankan perlunya promosi destinasi wisata yang ada di Sulut, Conch akan bekerjasama dengan stakeholder pariwisata di Cina untuk mempromosikan destinasi wisata di Sulut terutama kepada para karyawan Conch.
Tak hanya itu, Yang Jun juga memastikan percepatan realisasi usulan kerjasama sister province Anhui-Sulut karena didukung sudah ada investasi di Sulut.
"Ke depan diharapkan lebih banyak lagi pejabat Indonesia yang berkunjung ke Cina untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Pemerintah Cina, melihat langsung apa yang bisa dikerjasamakan antar negara. China sangat terbuka apalagi dengan adanya kebijakan OBOR banyak peluang kerjasama yang dapat dilakukan," kuncinya.
Olly mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang terjalin selama ini. Dia mengatakan kunjungan ke Cina sekaligus melihat teknologi dan infrastruktur yang belum ada di Sulut.
"Senang Conch dapat berinvestasi di Indonesia lebih khusus di Sulawesi Utara. Sehingga Industri di Sulawesi Utara dapat bertumbuh lebih cepat," katanya sambil mengajak Conch mau berinvestasi di bidang pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL).
"Saat Ini Sulut sedang mempersiapkan proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL). Semoga Conch mau berinvestasi pada proyek PSEL di Sulawesi Utara. Salah satunya karena dari sisi jarak Sulawesi Utara lebih dekat ke China bila dibandingkan dengan Jakarta," ujar Gubernur Olly, Senin.
Olly menerangkan bahwa di sekitar lokasi pabrik Conch saat ini di Kabupaten Bolaang Mongondow banyak sekali sekam padi atau kayu-kayu sisa yang bisa menjadi alternatif batubara karena daerah tersebut adalah lumbung beras.
"Pemerintah Provinsi Sulut dapat menyiapkan lahan untuk menanam kayu/bambu untuk bahan bakar," terangnya.
Terkait pariwisata di Sulut, Olly meminta dukungan dari pimpinan Conch agar mengajak karyawan untuk berwisata ke Sulut, karena berwisata ke Sulut tidak kalah dengan Bali.
Budaya di Manado tidak jauh berbeda dengan budaya di China bila dilihat dari faktor sejarah orang manado keturunannya dari China.
Lebih jauh, Olly juga membeberkan banyaknya peluang investasi yang bisa dimanfaatkan Conch di Sulut sebagai bagian dari OBOR serta melobi dukungan pihak Conch agar kerjasama sister province yaitu Provinsi Anhui dan Provinsi Sulut dapat segera terwujud.
Dirut Grup Conch Yang Jun menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Sulut atas dukungan operasional pabrik Conch di Sulut berjalan lancar.
"Terima kasih karena operasional pabrik di Sulut sangat lancar. Indonesia adalah investasi pertama di luar China (terutama Sulawesi utara – pabrik paling berhasil) sebagai salah satu destinasi kebijakan OBOR (One Belt One Road)," katanya.
"Harapan yang tinggi supaya investasi ini dapat memberikan keuntungan keuntungan bagi kedua belah pihak," lanjut Yang Jun.
Menurut dia, sesuai arahan pemerintah pusat (Cina), investasi utama adalah industri semen kemudian akan didiversifikasikan ke industri yang lain seperti pipa PVC, pintu jendela, kaca dengan teknologi terbaru, tambang yang digerakkan dengan robot, dan industri yg digerakkan dengan robot lainnya.
"Untuk itu dimohonkan dukungan investasi Conch di Indonesia," pintanya.
Yang Jun juga menyebut di Cina, teknologi pengolahan sampah sedang dikembangkan untuk mengganti batubara sebagai sumber energi.
"Belakangan ini harga batubara terus naik. Untuk itu saat ini sedang diganti alternatif sumber energi salah satunya dari pengolahan sampah. Jika ini berhasil maka teknologi ini dapat dibawa ke Indonesia," paparnya.
Tambah dia, selain sampah bisa juga benda tak terpakai lainnya seperti sekam padi dan kayu yang nantinya bisa dibeli dari masyarakat sebagai tambahan pemasukan untuk menjadi bahan bakar.
"Contohnya pabrik di kamboja, Laos. Faktor kunci adalah lokasinya dekat dengan pabrik. Batang-batang padi setelah panen padi daripada dibakar jadi polusi lebih baik dijadikan bahan bakar," tandas Yang Jun.
Conch saat ini sedang melakukan penelitian bambu sebagai bahan bakar, bila terwujud akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar dan mendukung upaya pengentasan kemiskinan.
Terkait pariwisata di Sulut, Dirut Conch menyarankan perlunya promosi destinasi wisata yang ada di Sulut, Conch akan bekerjasama dengan stakeholder pariwisata di Cina untuk mempromosikan destinasi wisata di Sulut terutama kepada para karyawan Conch.
Tak hanya itu, Yang Jun juga memastikan percepatan realisasi usulan kerjasama sister province Anhui-Sulut karena didukung sudah ada investasi di Sulut.
"Ke depan diharapkan lebih banyak lagi pejabat Indonesia yang berkunjung ke Cina untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Pemerintah Cina, melihat langsung apa yang bisa dikerjasamakan antar negara. China sangat terbuka apalagi dengan adanya kebijakan OBOR banyak peluang kerjasama yang dapat dilakukan," kuncinya.