LSM Swara Parampuang berdayakan kaum hawa konservasi mangrove
Minahasa Selatan (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Swara Parampuang, Sulawesi Utara memberdayakan kaum hawa untuk ikut melestarikan mangrove atau bakau di wilayah pesisir Kabupaten Minahasa Selatan.
"Upaya ikut mengonservasi mangrove ini berangkat dari anggapan yang muncul, bahwa perempuan ikut memberikan andil terhadap berkurangnya luasan bakau di pesisir pantai," sebut Koordinator Bidang Pengembangan Masyarakat Pendidikan Kritis, Ismail Husen di Manado, Sabtu.
Stigma tersebut tidak sepenuhnya benar, karena perempuan biasanya hanya memasak di dapur dan menggunakan kayu bakar mangrove yang diambil laki-laki.
"Dari situlah berangkat keinginan kelompok perempuan di Desa Arakan Kecamatan Tatapaan untuk ikut melakukan rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir desa tersebut," ujarnya.
Sebetulnya, menurut Ismael, selain Desa Arakan, ada kelompok perempuan desa lainnya seperti Wawontulap, Rap-Rap dan Pungkol yang melakukan upaya serupa walaupun pun tidak seintensif dilakukan perempuan di Desa Arakan.
Di Desa Arakan, menurut dia, ada sebanyak 74 perempuan yang melakukan rehabilitasi mangrove, Desa Rap-Rap 37 orang, Desa Pungkol 32 orang dan Desa Wawontulap kurang lebih sama dengan Desa Arakan.
"Di Arakan luasan yang telah direhabilitasi 49 hektare sejak tahun 2014. Cara melakukan pemulihan adalah dengan menanam kembali areal-areal mangrove yang mengalami kerusakan," ujarnya.
Manfaat yang sangat terasa ketika dilakukan rehabiliitasi kawasan mangrove yang mengalami kerusakan adalah menahan laju abrasi yang mengancam permukiman.
"Sebelumnya, abrasi pantai menghantam hingga ke permukiman penduduk, sekarang tidak lagi," ujarnya.
Manfaat lainnya, ikan yang bersarang di sekitar mangrove semakin banyak sehingga nelayan tidak terlalu jauh melaut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: LSM Swara Parampuang berdayakan perempuan konservasi mangrove
"Upaya ikut mengonservasi mangrove ini berangkat dari anggapan yang muncul, bahwa perempuan ikut memberikan andil terhadap berkurangnya luasan bakau di pesisir pantai," sebut Koordinator Bidang Pengembangan Masyarakat Pendidikan Kritis, Ismail Husen di Manado, Sabtu.
Stigma tersebut tidak sepenuhnya benar, karena perempuan biasanya hanya memasak di dapur dan menggunakan kayu bakar mangrove yang diambil laki-laki.
"Dari situlah berangkat keinginan kelompok perempuan di Desa Arakan Kecamatan Tatapaan untuk ikut melakukan rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir desa tersebut," ujarnya.
Sebetulnya, menurut Ismael, selain Desa Arakan, ada kelompok perempuan desa lainnya seperti Wawontulap, Rap-Rap dan Pungkol yang melakukan upaya serupa walaupun pun tidak seintensif dilakukan perempuan di Desa Arakan.
Di Desa Arakan, menurut dia, ada sebanyak 74 perempuan yang melakukan rehabilitasi mangrove, Desa Rap-Rap 37 orang, Desa Pungkol 32 orang dan Desa Wawontulap kurang lebih sama dengan Desa Arakan.
"Di Arakan luasan yang telah direhabilitasi 49 hektare sejak tahun 2014. Cara melakukan pemulihan adalah dengan menanam kembali areal-areal mangrove yang mengalami kerusakan," ujarnya.
Manfaat yang sangat terasa ketika dilakukan rehabiliitasi kawasan mangrove yang mengalami kerusakan adalah menahan laju abrasi yang mengancam permukiman.
"Sebelumnya, abrasi pantai menghantam hingga ke permukiman penduduk, sekarang tidak lagi," ujarnya.
Manfaat lainnya, ikan yang bersarang di sekitar mangrove semakin banyak sehingga nelayan tidak terlalu jauh melaut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: LSM Swara Parampuang berdayakan perempuan konservasi mangrove