Kapolri berpesan jaga persatuan dan kesatuan saat resmikan Rumah Kebangsaan
Jakarta (ANTARA) - Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo meresmikan peluncuran Rumah Kebangsaan Cipayung Plus di Jakarta Selatan, Senin, dalam kegiatan tersebut ia berpesan kepada para pemuda untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
“Selalu saya sampaikan masalah persatuan, kesatuan, ideologi Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, tugas kita hanya menjaga supaya apa yang diserukan diciptakan para pendiri bangsa bisa kita jaga mewujudkan cita-cita nasional,” kata Kapolri.
Jenderal bintang empat itu mengapresiasi gagasan Rumah Kebangsaan yang dicanangkan oleh sejumlah organisasi kepemudaan (OKP). Gagasan ini pun telah disampaikan oleh tokoh muda Indonesia kepada Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Gelar Apresiasi 'Setapak Perubahan Polri', Kapolri: Bentuk dukungan masyarakat agar Polri lebih baik lagi
“Rumah Kebangsaan ini ide cerdas dan kreatif. Saat gagasan ini sampai ke Presiden, saya berfikir konsep ini sudah mulai serius. Dan pada saat diluncurkan, hari ini saya yakin rekan-rekan yakin siap mewujudkan dan mengimplementasikan Rumah Kebangsaan,” kata Sigit.
Menurut Sigit, Rumah Kebangsaan sebagai program yang dibutuhkan dalam situasi saat ini. Sehingga peluncurannya menjadi momen penting, karena saat ini Indonesia sedang menghadapi situasi ketidakpastian.
Sejumlah negara di dunia juga menghadapi situasi yang sama, namun Indonesia memerlukan strategi atau cara khusus yang sifatnya bukan hal biasa dilakukan, tetapi sesuatu yang luar biasa. Strategi itu adalah menjaga persatuan, kesatuan, sinergitas dan soliditas semua elemen bangsa.
Mantan Kabareskrim Polri itu mengatakan bukti adanya persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia mampu menghadapi pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih. Setiap elemen bangsa berkontribusi aktif ikut turun terjun langsung, tidak hanya sosialisasi, tapi juga ikut melaksanakan kegiatan mulai dari imbauan protokol kesehatan, vaksinasi dan memberikan bantuan-bantuan sosial.
Berkat kerja keras dari semua elemen bangsa, kata Sigit, setelah laju COVID-19 bisa dikendalikan, Indonesia mampu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bertaraf nasional maupun internasional mulai dari PON Papua, kegiatan internasional Moto GP Mandalika, kemudian rangkaian Presidensi G20.
“Ini semua bisa kita lakukan karena persatuan dan kesatuan di dalam menghadapi situasi global,” kata Sigit.
Baca juga: Gelar Bakti Sosial Religi, Kapolri : Komitmen menjaga nilai-nilai toleransi dan kebersamaan
Sigit menerangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di angka lima persen merupakan hasil dari persatuan dan kesatuan tersebut. Nilai tersebut menjadi istimewa dalam situasi pandemi saat ini, karena berada di atas negara-negara maju yang pertumbuhan ekonominya tiga persen, Singapura 3,4 persen, Amerika 3,6 persen.
Mantan Kadiv Propam itu juga mengingatkan tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang dicapai saat ini. Karena posisi ini juga yang membuat Indonesia bisa tampil, karena memiliki sumber daya alam, memiliki potensi bonus demografi 2036.
“Kalau bonus demografi bisa dikelola dengan baik, Indonesia memiliki landasan untuk melompat dari negara berpendapatan menengah menjadi negara maju,” kata Sigit.
Tantangan lain yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah dampak dari perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan sejumlah negara mengalami krisis pangan, dan krisis energi. Akibat dari krisis, beberapa negara terancam gagal, sedangkan Indonesia masih berada dalam posisi. Semua ini kuncinya adalah bersatu.
“Kalau dulu musuh kita adalah penjajah, saat ini musuh kita adalah bagaimana kita bisa bersatu menghadapi ketidakpastian untuk menghadapi situasi global,” kata Sigit.
Baca juga: Lewat Fun Bike, Kapolri tegaskan sinergitas kunci amankan seluruh agenda bangsa
Sigit berharap, ide-ide yang ada di Rumah Kebangsaan dapat melahirkan pemikiran-pemikiran, solusi-solusi dalam menghadapi tantangan global. Termasuk juga tantangan pesta demokrasi Pemilu 2024, dengan menghindari terjadinya polarisasi.
Ia tidak ingin polarisasi yang tercipta di Pemilu 2019 kembali terjadi. Polarisasi menggerus citra Indonesia sebagai negara paling toleran, ramah tamah.
Menurut dia, jika potensi polarisasi dan ancaman persatuan dan kesatuan tidak mampu dihindari maka Indonesia bakal mengalami hal yang sama dengan negara gagal lainnya, mengalami krisis pangan, krisis energi dan krisis sosial.
“Kalau kita bisa mempertahankan persatuan dan kesatuan, bisa kompak menghadapi situasi ketidakpastian, krisis global maka Indonesia melompat maju menjadi negara seimbang dengan negara-negara maju. Kuncinya adalah persatuan dan kesatuan,” kata Sigit.
Rumah Kebangsaan dibentuk oleh 11 organisasi kepemudaan, yang memiliki latar belakang berbeda sistem pandangan, sistem kaderisasi, beda agama, sebagai perwujudan dari wajah Indonesia yang penuh keberagaman.
Baca juga: Kapolri buka lomba menembak sambut Hari Bhayangkara ke-76.
Rumah Kebangsaan menghasilkan ide-ide menjaga persatuan kesatuan menjadi wadah kolaboratif bagi seluruh eksponen dan komponen gerakan muda yang ada di Indonesia.
“Selalu saya sampaikan masalah persatuan, kesatuan, ideologi Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, tugas kita hanya menjaga supaya apa yang diserukan diciptakan para pendiri bangsa bisa kita jaga mewujudkan cita-cita nasional,” kata Kapolri.
Jenderal bintang empat itu mengapresiasi gagasan Rumah Kebangsaan yang dicanangkan oleh sejumlah organisasi kepemudaan (OKP). Gagasan ini pun telah disampaikan oleh tokoh muda Indonesia kepada Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Gelar Apresiasi 'Setapak Perubahan Polri', Kapolri: Bentuk dukungan masyarakat agar Polri lebih baik lagi
“Rumah Kebangsaan ini ide cerdas dan kreatif. Saat gagasan ini sampai ke Presiden, saya berfikir konsep ini sudah mulai serius. Dan pada saat diluncurkan, hari ini saya yakin rekan-rekan yakin siap mewujudkan dan mengimplementasikan Rumah Kebangsaan,” kata Sigit.
Menurut Sigit, Rumah Kebangsaan sebagai program yang dibutuhkan dalam situasi saat ini. Sehingga peluncurannya menjadi momen penting, karena saat ini Indonesia sedang menghadapi situasi ketidakpastian.
Sejumlah negara di dunia juga menghadapi situasi yang sama, namun Indonesia memerlukan strategi atau cara khusus yang sifatnya bukan hal biasa dilakukan, tetapi sesuatu yang luar biasa. Strategi itu adalah menjaga persatuan, kesatuan, sinergitas dan soliditas semua elemen bangsa.
Mantan Kabareskrim Polri itu mengatakan bukti adanya persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia mampu menghadapi pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih. Setiap elemen bangsa berkontribusi aktif ikut turun terjun langsung, tidak hanya sosialisasi, tapi juga ikut melaksanakan kegiatan mulai dari imbauan protokol kesehatan, vaksinasi dan memberikan bantuan-bantuan sosial.
Berkat kerja keras dari semua elemen bangsa, kata Sigit, setelah laju COVID-19 bisa dikendalikan, Indonesia mampu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bertaraf nasional maupun internasional mulai dari PON Papua, kegiatan internasional Moto GP Mandalika, kemudian rangkaian Presidensi G20.
“Ini semua bisa kita lakukan karena persatuan dan kesatuan di dalam menghadapi situasi global,” kata Sigit.
Baca juga: Gelar Bakti Sosial Religi, Kapolri : Komitmen menjaga nilai-nilai toleransi dan kebersamaan
Sigit menerangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di angka lima persen merupakan hasil dari persatuan dan kesatuan tersebut. Nilai tersebut menjadi istimewa dalam situasi pandemi saat ini, karena berada di atas negara-negara maju yang pertumbuhan ekonominya tiga persen, Singapura 3,4 persen, Amerika 3,6 persen.
Mantan Kadiv Propam itu juga mengingatkan tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang dicapai saat ini. Karena posisi ini juga yang membuat Indonesia bisa tampil, karena memiliki sumber daya alam, memiliki potensi bonus demografi 2036.
“Kalau bonus demografi bisa dikelola dengan baik, Indonesia memiliki landasan untuk melompat dari negara berpendapatan menengah menjadi negara maju,” kata Sigit.
Tantangan lain yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah dampak dari perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan sejumlah negara mengalami krisis pangan, dan krisis energi. Akibat dari krisis, beberapa negara terancam gagal, sedangkan Indonesia masih berada dalam posisi. Semua ini kuncinya adalah bersatu.
“Kalau dulu musuh kita adalah penjajah, saat ini musuh kita adalah bagaimana kita bisa bersatu menghadapi ketidakpastian untuk menghadapi situasi global,” kata Sigit.
Baca juga: Lewat Fun Bike, Kapolri tegaskan sinergitas kunci amankan seluruh agenda bangsa
Sigit berharap, ide-ide yang ada di Rumah Kebangsaan dapat melahirkan pemikiran-pemikiran, solusi-solusi dalam menghadapi tantangan global. Termasuk juga tantangan pesta demokrasi Pemilu 2024, dengan menghindari terjadinya polarisasi.
Ia tidak ingin polarisasi yang tercipta di Pemilu 2019 kembali terjadi. Polarisasi menggerus citra Indonesia sebagai negara paling toleran, ramah tamah.
Menurut dia, jika potensi polarisasi dan ancaman persatuan dan kesatuan tidak mampu dihindari maka Indonesia bakal mengalami hal yang sama dengan negara gagal lainnya, mengalami krisis pangan, krisis energi dan krisis sosial.
“Kalau kita bisa mempertahankan persatuan dan kesatuan, bisa kompak menghadapi situasi ketidakpastian, krisis global maka Indonesia melompat maju menjadi negara seimbang dengan negara-negara maju. Kuncinya adalah persatuan dan kesatuan,” kata Sigit.
Rumah Kebangsaan dibentuk oleh 11 organisasi kepemudaan, yang memiliki latar belakang berbeda sistem pandangan, sistem kaderisasi, beda agama, sebagai perwujudan dari wajah Indonesia yang penuh keberagaman.
Baca juga: Kapolri buka lomba menembak sambut Hari Bhayangkara ke-76.
Rumah Kebangsaan menghasilkan ide-ide menjaga persatuan kesatuan menjadi wadah kolaboratif bagi seluruh eksponen dan komponen gerakan muda yang ada di Indonesia.