Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat pengawasan guna mengendalikan lonjakan harga bahan pokok (bapok) di wilayah perbatasan, yakni Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Biasanya harga bapok di wilayah perbatasan lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Manado, sehingga perlu adanya pengawasan dan pemantauan secara berkala dari TPID," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Joko Supratikto, di Manado,Rabu.
Dia mengatakan tantangan inflasi di daerah, terutama menjelang perayaan hari besar seperti Natal, Idul fitri, dan pengucapan syukur yang kerap memicu lonjakan harga barang.
“Inflasi berdampak langsung pada masyarakat karena itu, pengendalian harga melalui kerja sama antar daerah sangat krusial,” jelasnya.
Joko menyebut salah satu contoh kerja sama antar daerah adalah distribusi komoditas dari daerah surplus ke daerah defisit.
Ia berharap pendekatan serupa bisa diterapkan di Kota Tahuna-Sangihe, mengingat beberapa komoditas kerap mengalami kelangkaan.
Bupati Sangihe Michael Thungari menjelaskan terkait persoalan transportasi dan distribusi bahan pokok sangat menentukan kondisi inflasi dan perekonomian global di daerah ini.
”Kami berharap perhatian dan kehadiran negara dalam menyiapkan transportasi laut yang murah dan memadai kiranya dapat diteruskan,” katanya.
Bupati mengatakan pentingnya pengumpulan data secara komprehensif, mulai dari status kepemilikan perahu, jumlah armada aktif, fasilitas penunjang, hingga potensi ekonomi tiap wilayah.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Sangihe akan terus memperkuat strategi pengendalian inflasi sehingga tetap stabil.

