Oleh: Refien Khouni Silva Rawung
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil analisis dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi teridentifikasi salah satu masalah yaitu pelaksanaan layanan kelembagaan untuk pembelajaran bagi anak usia dini kurang tertata (Kemdikbudristek, 2022). Hal itu tampak dari fakta layanan PAUD di Indonesia yang tersebar ke dalam empat jenis satuan pendidikan PAUD yaitu Kelompok Bermain (KB), Taman Kanakkanak (TK), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).
Meskipun jenis PAUD telah ditata ke dalam empat jenis tersebut, namun pelaksanaannya tidak selalu konsisten dengan pengaturan. Dicontohkan KB, semestinya memberikan layanan untuk anak usia 2-4 tahun, namun saat ini melayani sekitar 25 ribu anak usia 0-2 tahun yang semestinya dilayani TPA. KB juga melayani lebih 2 dari 1 juta anak usia 5-6 tahun yang semestinya dilayani TK. Di sisi lain, penyatuan anak dari usia 0-6 tahun dalam satu layanan menimbulkan pertanyaan apakah anak-anak usia dini tersebut menerima layanan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang mereka (Kemdikbudristek, 2022). Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu satuan pendidikan yang diselenggarakan di PAUD adalah TK. Khususnya di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), satuan pendidikan TK yang berjumlah 1.701 dengan rincian yaitu 104 berstatus negeri dan 1.597 swasta perlu dikelola secara efisien dan efektif. Dikatakan perlu dikelola karena anak usia dini yang dilayani berjumlah 36.900 orang dengan rincian 19.152 laki-laki dan 17.748 perempuan (Kemdikbudristek, 2022).
Data anak usia dini tersebut sangat penting dilihat sebagai aset yang apabila diberikan layanan pembelajaran yang bermutu, maka segenap potensi keunggulan yang mereka miliki dapat dikembangkan secara optimal. Di samping itu, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) (Kemdikbud, 2020), maka layanan pembelajaran dalam jaringan (daring) bagi anak usia dini menjadi kebutuhan yang perlu dipenuhi. Pada prinsipnya, layanan pembelajaran daring itu menggambarkan adanya lingkungan pembelajaran digital dan kelas digital di TK. Diadakannya kebijakan pemerintah tersebut karena muncul masalah krisis pembelajaran yang ditandai learning loss dan learning gap (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, 2021). Secara realitas, kemunculan masalah itu beriringan dengan datangnya era digital yang berdampak pada terjadinya kesenjangan perolehan hasil belajar anak usia dini, baik antara mereka yang berada di kota dan di pedesaan maupun antara mereka yang memiliki dan tidak memiliki perangkat medium digital yang digunakan dalam pembelajaran.
Ditinjau dari perspektif manajemen pendidikan, salah satu komponen yang berperan dan berkontribusi penting untuk mengatasi masalah di garis depan terkait secara spesifik dengan krisis pembelajaran secara umum dan krisis pembelajaran digital secara khusus adalah komponen guru. Menempatkan guru secara sentral dalam mengatasi masalah terkait langsung dengan layanan pembelajaran digital di TK, sewajarnya mempertimbangkan salah satu atribut utama yang dimiliki anak usia dini di era digital adalah kompetensi digital untuk belajar di lingkungan pembelajaran digital. Berdasarkan pertimbangan tersebut, semestinya guru di era digital sekarang ini seharusnya memiliki kompetensi manajerial digital dalam melakukan perannya sebagai manajer pembelajaran digital atau mengelola dan memimpin kelas daring atau digital (Keshavarz & Ghoneim-Rosenauer, 2021).
Kajian mengenai kompetensi manajerial digital yang dibutuhkan guru sebagai pekerja dalam konteks organisasi pendidikan merupakan salah satu unsur dalam merumuskan kompetensi digital guru secara umum dan secara khusus kompetensi manajerial digital guru TK. 3 Tantangan dan kebutuhan anak usia dini di zaman digital ini berbeda dengan era sebelumnya.
Anak anak PAUD termasuk di dalamnya anak TK, adalah generasi alpha, yang menjadi digital native, penghuni dunia digital, karena telah mengenal teknologi informasi dan komunikasi sejak lahir dan pintar mengoperasikan device. Salah satu atribut utama generasi alpha yang menonjol sekarang ini yaitu bukan hanya sekedar melihat anak usia dini sebagai sosok penggemar, tetapi juga sebagai pribadi penikmat teknologi digital. Pewadahan bagi mereka perlu didukung dengan pembelajaran digital di TK.
Namun demikian, realitas pada era digital ini justru hal itu muncul sebagai suatu masalah penting dalam lingkungan pembelajaran di TK karena sifat layanannya mempunyai karakteristik berbeda di era sebelumnya yang belum menempatkan peranan teknologi dan platform digital dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar anak usia dini. Secara rasional, terdapat sejumlah faktor penyebab yang dapat dianalisis memengaruhi munculnya masalah pembelajaran di TK pada era digital. Faktorfaktor yang teridentifikasi sebagai akar penyebab masalah dapat diubah secara strategis sebagai suatu pilihan keputusan untuk mengatasi masalah yang ada.
Salah satu akar penyebab masalah yang telah diidentifikasi dalam penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan beberapa guru dan kepala TK di Sulawesi Utara yaitu lemahnya kompetensi manajerial digital dari para guru yang dibutuhkan dalam melakukan peran sebagai manajer pembelajaran dan pengelolaan kelas digital secara efektif di TK. Indikasi masalahnya antara lain guru cenderung memboroskan waktu untuk pembelajaran digital, tidak menentukan hari dan jam tepat untuk tanggapan secara daring dari anak melalui orang tua/wali, rendahnya intensitas interaksi bersahabat antara guru dan anak melalui orang tua yang dilakukan melalui jejaring sosial, e-mail, wiki, dan lain-lain, jarang menggunakan teknologi digital dan platform digital yang telah disediakan pihak pemerintah serta pihak dunia usaha dan industri digital, dan kurang terampil mengelola komunikasi digital guru dan orang tua/wali yang mendukung peningkatan mutu proses dan hasil belajar anak usia dini di TK. Pada dasarnya guru TK di abad ke-21 diharapkan memiliki kompetensi terkait pengetahuan dalam menggunakan berbagai perangkat teknologi untuk memudahkan proses belajar dan peningkatan hasil pembelajaran. Pergeseran dari pedagogical content knowledge (PCK) ke technological pedagogical content knowledge (TPACK) yang dikembangkan oleh Mishra & Koehler tahun 2006 (Rahmad, 2019) merupakan suatu kebutuhan. Perspektif TPACK lebih menekankan pada jenis pengetahuan baru yang harus dikuasai guru TK untuk mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam pembelajaran dalam batas-batas kompetensi mengajar guru TK sebagai pengajar.
Meskipun perspektif TPACK penting dalam konteks wacana pengembangan guru TK dalam jabatan dan pra jabatan, tetapi kebutuhan pengetahuan manajerial atau kompetensi manajerial 4 digital tidak kalah pentingnya bagi guru TK untuk melaksanakan peranannya sebagai manajer dalam lingkungan pembelajaran digital. Penelitian sebelumnya dari para peneliti yang berkenaan dengan masalah kompetensi digital telah berkembang pesat. Misalnya, telah dikembangkan model multi-dimensi kompetensi digital (Vieru, 2015), kompetensi manajerial guru dalam konteks pengembangan berpikir kritis pebelajar (Duchoviová & Tomšik, 2018), kompetensi digital profesional guru dan kompetensi pedagogik digital guru (Moltudal, dkk., 2018; Sa & Serpa, 2020; Kelentri´c, Helland & Arstorp, 2021), kompetensi digital pembelajaran siswa (Yang, dkk., 2021), dan penelitian mengenai manajemen kelas virtual pada latar perguruan tinggi (Keshavarz, Mirmoghtadaie & Nayyeri (2022). Selanjutnya, penelitian dalam bentuk evaluasi oleh Cabero-Almenara, dkk (2020) terhadap beberapa model kompetensi digital guru dan penelitian dalam bentuk kajian literatur van Laar, dkk., (2020) tentang keterampilan digital sebagai ukuran kompetensi digital (Chombunchoo & U-On, 2016) yang dibutuhkan setiap pekerja dalam setiap organisasi, termasuk guru sebagai pekerja dalam organisasi pendidikan TK, pada abad ke-21 sekarang ini.
Salah satu indikator kompetensi digital guru yang diidentifikasi adalah keterampilan manajemen dengan berbagai dimensi yaitu perencanaan, organisasi, komunikasi, kolaborasi, menciptakan konten digital, berpikir kristis, pemecahan masalah, evaluasi dan asesmen. Meskipun penelitian sebelumnya telah memberi gambaran tentang adanya dimensi manajemen dalam mengembangkan kompetensi digital guru, Namun, penelitian yang fokus secara spesifik pada kompetensi manajerial digital guru TK masih langka dan belum terpetakan sebagai tubuh pengetahuan baru. Ide dasar mengenai penelitian kompetensi manajerial digital guru TK tersebut sesuai dengan rekomendasi dari Moltudal, dkk., (2018) yaitu perlunya penelitian tentang bagaimana manajer kelas dan manajer pembelajaran yang kompeten secara digital dapat memfasilitasi pembelajaran, integrasi kompetensi digital, dan manajemen kelas.
Ide dasar pemikiran mereka ditekankan pada kompetensi digital profesional guru sebagaimana yang digagas sebelumnya Sa & Serpa (2020) dan Kelentri´c, Helland & Arstorp (2021) dan gagasan sebelumnya dari Duchoviová & Tomšik (2018) mengenai kompetensi manajerial guru yang tidak terintegrasikan dalam lingkungan pembelajaran digital. Kendatipun demikian adanya, penelitian ini lebih spesifik berakar pada pemikiran mengenai bagaimana guru TK berperan sebagai manajer dalam lingkungan pembelajaran digital di TK. Dengan kata lain, ide tentang kompetensi manajerial digital dalam penelitian ini adalah bagian dari transformasi digital dalam pengelolaan pembelajaran digital yang berorientasi pada dimensi manusia daripada dimensi teknologi digital semata (Gudergan, dkk., 2019; Mugge, dkk., 2020).
Oleh sebab itu, sangat penting untuk dilakukan penelitian mengenai kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 5 Pada hakekatnya, perkembangan kompetensi manajerial digital guru TK tidak muncul begitu saja, tetapi muncul sebagai hasil interaksi dengan sejumlah faktor penentu yang memengaruhinya. Sifat pengaruh itu dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang yang digunakan para peneliti. Penelitian ini menggunakan Person-Environment Interaction (PEI) Model yang berakar pada psikologi interaksional (Kristof-Brown, 2020). Berdasarkan model PEI dikonstruksi konseptual Model Interaksional Kompetensi Manajerial Digital (MIKMD) guru TK di Provinsi Sulawesi Utara.
Mengacu pada MIKMD ini kepemimpinan digital guru TK, teleworking, keterampilan internet, komunikasi digital guru dan orang tua, dan motivasi guru adalah faktor-faktor yang berinteraksi dengan kompetensi manajerial digital. Di samping itu, pentingnya penelitian ini dilakukan karena berkontribusi untuk memperkecil kesenjangan pengetahuan yang ada dan pengembangan model kompetensi manajerial digital yang dapat diterapkan oleh guru sebagai manajer dalam pembelajaran digital dan dapat berkontribusi untuk perumusan kebijakan standar kompetensi manajerial digital guru TK dan dijadikan dasar penyusunan asesmen tentang kompetensi manajerial digital guru TK yang merupakan bagian dari tuntutan perkembangan di era digital. Berdasarkan deskripsi masalah dan pertimbangan pentingnya penelitian ini, maka peneliti memilih dan menetapkan judul penelitian: “Model Interaksional Kompetensi Manajerial Digital Guru Taman Kanak-kanak di Provinsi Sulawesi Utara”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut. 1. Hubungan antara kepemimpinan digital dengan kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 2. Hubungan antara teleworking dengan kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 3. Hubungan antara keterampilan internet dengan kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 4. Hubungan antara komunikasi digital dengan kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 5. Hubungan antara motivasi dengan kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 6. Hubungan secara simultan antara kepemimpinan digital, teleworking, keterampilan internet, komunikasi digital dengan kompetensi manajerial digital guru TK di Provinsi Sulawesi Utara. 6 Kerangka Berpikir Penelitian Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang relevan dapat disusun kerangka berpikir penelitian ini yang didasarkan pada pemahaman bahwa perkembangan kompetensi manajerial digital guru TK tidak muncul begitu saja, tetapi muncul sebagai hasil interaksi dengan sejumlah faktor yang berkorelasi. Sifat korelasi itu dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang yang digunakan para peneliti.
Penelitian ini menggunakan Person-Environment Interaction (PEI) Model yang berakar pada psikologi interaksional (Kristof-Brown, 2020). Atas dasar model PEI dikonstruksikan konseptual Model Interaksional Kompetensi Manajerial Digital (MIKMD) guru TK. Pada model ini faktor kepemimpinan digital kepala TK, teleworking atau kerja jarak jauh, keterampilan internet, komunikasi digital guru dan orang tua, dan motivasi guru sebagai variabel independen berkorelasi dengan faktor kompetensi manajerial digital guru TK sebagai variabel dependen. Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Sebagaimana yang ditampilkan dalam gambar 1, sifat interaksional antara variabel independen dan variabel dependen dikembangkan dalam bentuk korelasional, baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupuan secara bersama-sama (simultan). 7 Tempat pelaksanaan penelitian ini yakni pada satuan pendidikan TK yang berada di Provinsi Sulawesi Utara, dengan sampel 13 kabupaten kota, dari 15 kabupaten kota yang ada di Sulawesi Utara.
Penelitian dilakukan selama delapan bulan yakni dari bulan Maret sampai dengan November 2022. Pembahasan a. Hubungan Kepemimpinan Digital Kepala TK dengan Kompetensi Manajerial Digital Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan digital kepala TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat hubungan yang terbentuk dapat diinterpretasi dengan kategori kuat. Pada dasarnya, hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan serta kuat antara kepemimpinan digital kepala TK dengan kompetensi manajerial digital guru TK memberi indikasi begitu pentingnya peran kepala TK sebagai pemimpin digital. Secara empiris, hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Hasil penelitian Hamzah, Nasir, & Wahab (2021) menunjukkan kepemimpinan digital kepala sekolah berkorelasi dengan kompetensi mengajar digital guru. Demikian juga hasil penelitian oleh Yuting, Adams & Lee (2022) yang menunjukkan bahwa kepemimpinan digital atau sering disebut kepemimpinan teknologi berkorelasi dengan kompetensi teknologi informasi dan komunikasi atau kompetensi digital guru. Di samping itu, melalui penelitian ini koefisien korelasi antara kepemimpinan digital kepala TK dengan kompetensi manajerial kepala TK. Artinya, tingkat keeratan hubungan yang terbentuk dapat diinterpretasi dengan kategori sangat kuat.
Hal ini memberi indikasi begitu pentingnya peranan kepala TK sebagai pemimpin digital untuk membentuk profil guru sebagai manajer kelas digital yang kompeten melalui pembinaan kompetensi manajerial digital. Pembinaan kompetensi manajerial guru TK dimaksud dapat dirujuk pada teori kepemimpinan digital yang dikembangkan oleh Abbu, dkk (2022). Pembinaan kepala TK untuk membentuk profil guru TK sebagai manajer yang kompeten sebaiknya terlebih dahulu dilakukan asesmen melalui lima belas dimensi kemanusiaan dari kepemimpinan digital dari 8 Abbu, dkk (2022) yang menjadi kunci keberhasilan transformasi digital dalam organisasi yakni kejujuran, kerendahatian, keberanian, kecerdasan buatan etis, pola pikir pertumbuhan, transparan, fokus data, menginspirasi keterlibatan, berceritera, literasi digital, sikap positif, akusisi keterampilan, berbagi pengetahuan, partisipatif, dan rekam jejak. Berdasarkan asesmen tersebut kepala TK dapat memberi pembinaan secara tepat sesuai dengan kebutuhan perbaikan atau peningkatan kualitas kepemimpnan digitalnya sendiri dan kompetensi manajerial digital guru TK.
Pola pembinaan yang dapat dilakukan oleh kepala TK antara lain melalui pengembangan professional berkelanjutan dalam bentuk pelatihan. b. Hubungan Teleworking dengan Kompetensi Manajerial Digital Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa teleworking guru TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat hubungan yang terbentuk dapat diinterpretasi dengan kategori sangat kuat.Secara empiris, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lodovici (2021) yang menunjukkan teleworking berkaitan dengan kompetensi. Hal ini memberi implikasi bahwa semakin beragamnya teleworiking dari guru TK sebagai teleworker akan makin memberi peluang yang terbuka bagi guru TK melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai manajer dalam mengelola pembelajaran digital dan kelas digital di era digital sekarang ini. Beragam teleworking yang dapat digunakan guru TK dalam bekerja sebagai teleworker dapat dibagi atas dua klasifikasi utama yakni sebagai pekerja jarak jauh berbasis rumah dan pekerja jarak jauh berbasis non - rumah (Sajoy, 2020).
Pekerja jarak jauh berbasis rumah yaitu bekerja dari rumah sendiri. Jenis pekerja jarak jauh ini dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori sebagai berikut. Pertama, pekerjaan rutin di rumah untuk pemberi kerja penuh waktu. Pada konteks ini karyawan bekerja penuh waktu untuk organisasi dari rumahnya sendiri daripada bekerja dari kantor.
Mereka benar-benar menggantikan rumah mereka untuk kantor meskipun mereka adalah penerima upah penuh waktu dari organisasi. Kedua, wiraswasta bekerja di rumah. Pada konteks ini beberapa wiraswasta seperti penulis, seniman, konsultan dan lain-lain, lebih suka bekerja dari rumah daripada memiliki ruang kantor sendiri. Dengan menggabungkan pekerjaan dan rumah, pekerja jarak jauh juga dapat menghemat biaya sewa dan biaya lainnya. Ketiga, pekerjaan tambahan di rumah atau kerja di luar jam kerja di rumah. Pada konteks ini jenis pengaturan kerja di mana karyawan biasa dari suatu organisasi yang sebaliknya bekerja penuh waktu di luar rumah mereka, menggunakan pengaturan rumah mereka untuk melakukan 9 pekerjaan terkait pekerjaan rutin mereka setelah jam kerja normal atau akhir pekan. Keempat, pekerjaan sesekali di rumah.
Pada konteks ini beberapa orang saat melakukan pekerjaan biasa di luar rumah mereka untuk manajer penuh waktu, mungkin juga melakukan pekerjaan tambahan sesekali untuk manajer sekunder dari rumah mereka setelah jam kerja biasa atau di akhir pekan. Juga termasuk dalam kategori ini adalah pekerja yang kadangkadang melakukan pekerjaan rutin di rumah (sekali atau dua kali sebulan) menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Jenis pekerjaan seperti itu biasanya dilakukan untuk memenuhi tenggat waktu atau untuk alasan lain dan hanya secara informal. Guru TK sebagai pekerja jarak jauh berbasis non-rumah adalah tidak bekerja dari rumah dan bekerja jarak jauh dari lokasi lain. Jenis pekerja jarak jauh ini dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori sebagai berikut. Pertama, pekerja jarak jauh yang bekerja dari pusat telekomunikasi.
Pada konteks ini beberapa pekerja jarak jauh tidak bekerja dari rumah. Sebaliknya mereka dapat bekerja dari pusat telecommuting seperti pusat kerja satelit atau pusat kerja lingkungan. Kedua, pekerja jarak jauh seluler. Pada konteks ini pekerja jarak jauh yang tidak bekerja dari rumah atau pusat telekomunikasi. Pekerja jarak jauh ini biasanya bergerak dan mungkin secara teratur mengunjungi lokasi pelanggan. Mereka biasanya menerima perintah kerja dan menyampaikan hasil kerja melalui perangkat TIK. Pada dasarnya, penelitian teleworking dalam hubungan dengan kompetensi manajerial digital guru TK diukur dengan mengadaptasi teori remote working yang dikembangkan oleh Ingusci, dkk (2022) dengan mengukurnya melalui dua dimensi yakni kemanfaatan bekerja jarak jauh dan kekurangan bekerja jarak jauh.
Dengan demikian, makin bermanfaatnya bekerja jarak jauh dan meminimalisasi kekurangan bekerja jarak jauh akan memberi maknja tertentu terhadap perbaikan kompetensi manajerial digital guru TK di masa kini dan masa depan yang man dunia pendidikan akan dihadapkan dengan lingkungan pendidikan dan pembelajaran digital c. Hubungan Keterampilan Internet dengan Kompetensi Manajerial Digital Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan internet guru TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat hubungan yang terbentuk dapat diinterpretasi dengan kategori rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa secara hipotetis teori keterampilan internet yang digunakan dalam penelitian memberi dampak tertentu terhadap persepsi guru TK yang dijadikan responden penelitian. Pada penelitian ini diadaptasi teori keterampilan internet dari Van Deursen, dkk (2016) yang melalui empat dimensi yakni keterampilan operasional, keterampilan 10 menavigasi informasi, keterampilan sosial, keterampilan kreatif, dan keterampilan selular/mobile.
Apabila mengadaptasi teori keterampilan internet dari penelitan lain dan berupaya mengintegrasikan dengan teori yang diadaptasi untuk pengukuran dari keterampilan internet guru TK, maka akan memberi hasil lain. Misalnya, Van Deursen & Van Dijk (2010; 2011) yang mengembangan teori keterampilan internet yang terbentuk dari empat dimensi dan dua kategori. Empat dimensi dan dua kategori yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, keterampilan internet operasional. Ini berasal dari konsep yang menunjukkan seperangkat keterampilan dasar dalam menggunakan teknologi internet. Kedua, keterampilan internet formal. Ini terkait dengan struktur hypermedia internet yang membutuhkan keterampilan navigasi dan orientasi. Ketiga, keterampilan internet informasi. Ini berasal dari studi yang mengadopsi pendekatan bertahap dalam menjelaskan tindakan melalui mana pengguna mencoba untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Keempat, keterampilan internet strategis.
Ini adalah kapasitas untuk menggunakan internet sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan umum untuk meningkatkan posisi seseorang dalam masyarakat. Penekanannya terletak pada prosedur dimana pembuat keputusan dapat mencapai solusi optimal seefisien mungkin. Keempat keterampilan internet guru TK dapat dibagi menjadi dua kategori yakni keterampilan internet terkait medium dan terkait konten. Keterampilan terkait medium dari guru TK terdiri dari dua jenis keterampilan internet yakni keterampilan internet operasional dan keterampilan internet formal. Keterampilan internet operasional menunjukkan seperangkat keterampilan dasar dalam menggunakan internet. Misalnya guru TK membuka situs web dengan memasukkan URL di bilah lokasi. Keterampilan internet formal terkait dengan struktur hypermedia tempat internet dibangun dan struktur hypermedia ini yang membutuhkan keterampilan orientasi dan navigasi dari guru TK.
Keterampilan terkait konten dari guru TK terdiri atas keterampilan internet informasi dan keterampilan internet strategis. Keterampilan internet informasi terkait dengan mencari, memilih, dan mengevaluasi informasi yang ditemukan di internet. Sedangkan keterampilan internet strategis terkait dengan kemampuan menggunakan informasi untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk meningkatkan posisi guru TK dalam masyarakat. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki hubungan keterampilan internet dengan kompetensi manajerial digital guru TK dari kategori rendah ke kategori sedang atau tinggi dibutuhkan pengembangan program professional berkelanjtan dalam bentuk pelatihan kepada guru TK. Pelatihan itu dapat diupayakan oleh kepala sekolah maupun memberi kesempatan mengikuti pelatihan di luar kelembagaan TK. 11 d. Hubungan Komunikasi Digital Guru-Orang Tua dengan Kompetensi Manajerial Digital Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi digital guru-orang tua TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK.
Hasil penelitian ini didukung situasi covid-19 yang sangat memengaruhi iklim pengelolaan TK yang dalam waktu tertentu mewajibkan guru-orang tua anak TK berkomunikasi digital untuk mendukung kompetensi manajerial digital guru TK yang dapat memfasilitasi pendidikan anak yang diselenggarakan di rumah atau belajar dari rumah. Hasil penelitian yang menunjukkan tingkat hubungan komunikasi digital guru-orang tua terkategori sangat kuat dapat ditinjau dari substansi manajemen pendidikan khususnya yang mengkaji manajemen hubungan sekolah yang biasanya direpresentasikan oleh guru dan rumah yang biasanya direpresentasikan oleh orang tua. Hubungan guru TK dan orang tua TK dalam proses pendidikan anak lazim berlangsung dalam suatu sistem komunikasi antara guru TK dan orang tua anak TK.
Perkembangan digitalisasi dalam pendidikan, berkembang penelitian yang menekankan pada komunikasi digital antara guru dan orang tua atau sebaliknya komunikasi digital antara orang tua dan guru (Bosch, 2017; Levinthal de Oliveira Lima & Kuusisto, 2020; ŠvelecJurii, 2020; Shao, 2021; Kuusimäki, 2021). Teori komunikasi digital guru dan orang tua yang dikembangkan oleh para paneliti umumnya diawali dari teori Epstein yang dikembangkan tahun 1989 (Shao, 2021; Kuusimäki, 2021) tentang bidang pengaruh yang tumpang tindih domain yang meliputi (1) informativitas, frekuensi, dan efektivitas, (2) kualitas, dan (3) kejelasan dan keterbacaan untuk komunikasi dua arah yang sukses. Dimensi-dimensi komunikasi digital guru-orang tua ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan oleh kepala sekolah dan guru serta orang tua karena berhubungan kuat dengan kompetensi manajerial digital guru TK. e. Hubungan Motivasi dengan Kompetensi Manajerial Digital Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa motovasi guru TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat hubungan yang terbentuk dapat diinterpretasi dengan kategori sangat kuat.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dari Van Laar, dkk (2020) yang menunjukkan hubungan antara motivasi dan kompetensi digital pekerja. Secara teoretik, motivasi guru TK dalam penelitian ini berbeda dengan teori motivasi yang dikembangkan berdasarkan pendekatan konten/isi motivasi, proses motivasi, dan penguatan. Termasuk dalam pendekatan konten/isi motivasi antara lain teori hirarki kebutuhan Maslow, teori ERG Alderfer, teori dua faktor Herzberg, dan teori kebutuhan McClelland. Termasuk dalam pendekatan proses motivasi menekanan pada bagaimana orang berpikir dan proses apa yang ada dalam pikiran mereka yang mendorong untuk bertindak. Termasuk dalam pendekatan ini antara lain teori ekuitas/keadilan, teori 12 harapan, teori penetapan tujuan, teori kognitif sosial, dan teori penentuan nasib sendiri. Pada penelitian ini merujuk pada konsep yang disebut status pursuit motivation (Wang, 2022).
Jenis motivasi ini dikembangkan berdasarkan regulatory focus theory sebagai pendekatan baru untuk motivasi manusia. Pada teori ini, ada dua sistem pengaturan diri, yaitu: pengaturan diri yang berfokus pada pencegahan dan pengaturan diri yang berfokus pada promosi. Berdasarkan pada teori tersebut, dikembangkan dua dimensi motivasi, yaitu: motivasi pengejaran status yang berfokus pada pencegahan dan motivasi pengejaran status yang berfokus pada promosi untuk mengukur motivasi guru TK. Dimensi-dimensi ini dapat disusun sebagai program untuk pemberian motivasi oleh kepala TK kepada guru TK agar berdampak pada peningkatan kompetensi manajerial digital guru TK. f. Hubungan Kepemimpinan Digital Kepala TK, Teleworking, Keterampilan Internet, Komunikasi Digital Guru-Orang Tua, dan Motivasi dengan Kompetensi Manajerial Digital Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan digital kepala TK, teleworking, keterampilan internet, komunikasi digital guru-orang tua, dan motivasi berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat hubungan yang terbentuk dapat diinterpretasi denga kategori sangat kuat. Secara teoretis, Huang, dkk., 2020) memetakan dua faktor utama yang berkorelasi dengan kompetensi guru yakni faktor internal dan eksternal. Berdasarkan teori ini, kepemimpinan digital kepala TK dapat dipahami sebagai faktor eksternal guru.
Sedangkan teleworking, keterampilan internet, komunikasi digital guru-orang tua, dan motivasi dapat dipahami sebagai faktor internal guru. Hal ini memberi implikasi bahwa betapapun hubungan sendirisendiri tetap menjadi penting dalam wacana akademik, namun yang jauh lebih penting juga hubungan secara bersama-sama atau simultan kepemimpinan digital kepala TK, teleworking, keterampilan internet, komunikasi digital guruorang tua, dan motivasi dengan kompetensi manajerial digital guru TK.
Berdasarkan teori tersebut dan dalam hubungannya dengan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pandangan secara parsial perlu digeser ke pandangan terpadu. Pandangan terpadu yang dimaksud dalam pemahaman ini adalah hubungan secara simultan yang dibedakan hubungan secara parsial. Bagi peneliti pemikiran adalah rasional karena penelitian sebelumnya dari para peneliti yang berkenaan dengan masalah kompetensi digital telah berkembang pesat.
Misalnya, telah dikembangkan model multi-dimensi kompetensi digital (Vieru, 2015), kompetensi manajerial guru dalam konteks pengembangan berpikir kritis pebelajar (Duchoviová & Tomšik, 2018), kompetensi digital profesional guru dan kompetensi pedagogik digital guru (Moltudal, dkk., 2018; Sa & Serpa, 2020; Kelentri´c, Helland & Arstorp, 2021), kompetensi digital 13 pembelajaran siswa (Yang, dkk., 2021), dan penelitian mengenai manajemen kelas virtual pada latar perguruan tinggi (Keshavarz, Mirmoghtadaie & Nayyeri (2022). Selanjutnya, penelitian dalam bentuk evaluasi oleh Cabero-Almenara, dkk (2020) terhadap beberapa model kompetensi digital guru dan penelitian dalam bentuk kajian literatur van Laar, dkk (2020) tentang keterampilan digital sebagai ukuran kompetensi digital (Chombunchoo & U-On, 2016) yang dibutuhkan setiap pekerja dalam setiap organisasi, termasuk guru sebagai pekerja dalam organisasi pendidikan TK, pada abad ke-21 sekarang ini. Salah satu indikator kompetensi digital guru yang diidentifikasi adalah keterampilan manajemen dengan berbagai dimensi yaitu perencanaan, organisasi, komunikasi, kolaborasi, menciptakan konten digital, berpikir kristis, pemecahan masalah, evaluasi dan asesmen. Meskipun penelitian sebelumnya telah memberi gambaran tentang adanya dimensi manajemen dalam mengembangkan kompetensi digital guru, Namun, penelitian yang fokus secara spesifik pada kompetensi manajerial digital guru TK masih langka dan belum terpetakan sebagai tubuh pengetahuan baru.
Ide dasar mengenai penelitian kompetensi manajerial digital guru TK tersebut sesuai dengan rekomendasi Moltudal, dkk (2018) yaitu perlunya penelitian tentang bagaimana manajer kelas dan manajer pembelajaran yang kompeten secara digital dapat memfasilitasi pembelajaran, integrasi kompetensi digital, dan manajemen kelas. Ide dasar pemikiran mereka ditekankan pada kompetensi digital profesional guru sebagaimana yang digagas sebelumnya Sa & Serpa (2020) dan Kelentri´c, Helland & Arstorp (2021) dan gagasan sebelumnya dari Duchoviová & Tomšik (2018) mengenai kompetensi manajerial guru yang tidak terintegrasikan dalam lingkungan pembelajaran digital.
Kendatipun demikian adanya, penelitian ini lebih spesifik berakar pada pemikiran mengenai bagaimana guru TK berperan sebagai manajer dalam lingkungan pembelajaran digital di TK. Dengan kata lain, ide tentang kompetensi manajerial digital dalam penelitian ini adalah bagian dari transformasi digital dalam pengelolaan pembelajaran digital yang berorientasi pada dimensi manusia daripada dimensi teknologi digital semata (Gudergan, dkk., 2019; Mugge, dkk., 2020). 14 Oleh sebab itu, bagaimana pun sifat dan bentuk kompetensi manajerial digital guru TK di masa kini dan masa mendatang tidak berada dalam keadaan terisolasi, tetapi senantiasa dipikirkan bahwa tingkat perkembangan kompetensi manajerial digital guru TK secara alamiah terbentuk dari sejumlah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri guru (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri guru (eksternal) yang dapat digambarkan melalui skema.
B. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: a. Kepemimpinan digital kepala TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat keeratan hubungan yang terbentuk diinterpretasi terkategori kuat. b. Teleworking guru TK berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat keeratan hubungan yang terbentuk diinterpretasi terkategori sangat kuat. c. Keterampilan internet berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat keeratan hubungan yang terbentuk diinterpretasi terkategori rendah. d. Komunikasi digital guru-orang tua berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat keeratan hubungan yang terbentuk diinterpretasi terkategori sangat kuat. e. Motivasi guru TK berhunganan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK. Tingkat keeratan hubungan yang terbentuk diinterpretasi terkategori kuat. f. Kepemimpinan digital kepala TK, teleworking, keterampilan internet, komunikasi digital guru-orang tua, dan motivasi berhubungan secara simultan yang positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial guru TK. Tingkat keeratan hubungan yang terbentuk diinterpretasi terkategori sangat kuat. g. Dari penelitian ini terdapat kebaruan model interaksional kompentensi manajerial digital guru Taman Kanak Kanak di Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:
2. Saran Bertolak dari kesimpulan penelitian dapat dikemukakan saran-saran dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh disarankan perlu dikembangkan program perbaikan berkelanjutan mengenai kompetensi manajerial digital dengan mempertimbangkan materi kepemimpinan digital, teleworking atau bekerja jarak jauh, keterampilan internet, komunikasi digital guru-orang tua, dan motivasi pengejaran status yang berorientasi promosi. b. Meskipun keterampilan internet berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi manajerial digital guru TK, namun tingkat keeratan hubungannya masih terkategori rendah. Oleh sebab itu disarankan penting dikembangkan program pelatihan keterampilan internet dalam jabatan bagi guru TK, baik secara luring (luar jaringan) dan atau daring (dalam jaringan). 16 c. Penelitian ini terbatas pada pada penggunaan teknik analisis data korelasi. Guna lebih mengeksplorasi lebih luas disarankan perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan mix method dan pemodelan persamaan struktural atau yang lazim disebut SEM (Structural Equation Model). d. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini terkait kompetensi manajerial digital masih terbatas pada guru TK.
Oleh sebab itu disarankan ke depan perlu dilakukan penelitian pada populasi guru SD, SMP, dan SMA/SMK agar lebih komprehensif mengungkap signifikansi peran guru sebagai manajer yang kompeten mengelola pembelajaran digital dalam kelas digital.