Manado, 14/10 (AntaraSulut) - Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Luctor Tapiheru mengatakan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan di daerah tersebut meningkat 69 persen dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
"Secara year on year (YoY), NPL kredit sektoral meningkat 69 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp909 miliar dari Rp538 miliar," kata Luctor, di Manado, Selasa.
Luctor mengatakan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya juga mengalami peningkatan sebesar 3,56 persen dari Rp878 miliar menjadi Rp909 miliar.
NPL sektor pertanian mencapai Rp30,11 miliar atau tumbuh 55,96 persen dari posisi tahun sebelumnya hanya Rp19,30 miliar. Sektor pertambangan mencapai Rp1,2 miliar naik 108 persen dari Rp589 juta.
Sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 1.703 persen dari Rp5,5 miliar menjadi Rp99,8 miliar.
Konstruksi NPL meningkat 169 persen dari Rp21 miliar menjadi Rp57 miliar. Sektor pengangkutan dan komunikasi naik 45 persen dari Rp10,8 miliar menjadi Rp15,85 miliar. Dan sektor jasa-jasa masyarakat naik 91 persen dari Rp12,8 miliar menjadi Rp24,5 miliar.
Untuk sektor yang mengalami penurunan NPL yakni perdagangan hotel dan restoran, turun 7,10 persen dari Rp245 miliar menjadi Rp228 miliar. Dan jasa-jasa dunia usaha turun 28 persen menjadi Rp24 miliar, dari sebelumnya Rp34 miliar.
Listrik, gas dan air, NPL tetap stabil atau tidak mengalami perubahan apa-apa yakni sebesar Rp875 miliar.
BI berharap, NPL perbankan Sulut akan diminimalisir, sehingga pemberian kredit tetap lancar dan berkualitas.
"Oleh sebab itu, dalam pemberian kredit oleh perbankan Sulut, selalu menggunakan prinsip kehati-hatian. ***2***

