Manado (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) terus meningkatkan pemahaman moderasi beragama pada mahasiswa di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Kami menyasar semua kalangan, khususnya mahasiswa agar sejak usia muda telah memahami betul maksud dari moderasi beragama," kata Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulut Ulyas Taha di Manado, Selasa.
Dia mengatakan umat beragama saat ini menghadapi dua tantangan besar termasuk di Indonesia. Pertama, tantangan terhadap sikap sekelompok kecil yang memiliki pandangan ekstrem dalam memahami teks agama dan mengabaikan konteks.
Mereka dengan tegas menerjemahkan teks agama menurut pemahamannya dan cenderung menyalahkan kelompok yang berbeda dengan mereka, sehingga muncul perilaku ekstrem dan radikal dalam beragama.
Kemudian, kelompok kedua adalah mereka yang memahami teks agama secara bebas berdasarkan pengetahuan dan karya yang mereka pahami sehingga bebas memahami teks dan mengabaikan konteks kesejarahan (asbabulnya) dan melahirkan kelompok yang liberal dalam beragama.
Ulyas yang juga Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulut mengatakan kedua kelompok tersebut tentu tidak sejalan dengan ajaran Islam yang moderat sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 143.
Ulyas Taha mengatakan bahwa semangat kebersamaan harus terus dijaga dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
"Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga ukhuwah, baik ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), maupun ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia)," katanya.
"Dengan kebersamaan, kita bisa memperkuat persatuan dan menghadapi berbagai tantangan zaman dengan bijak," katanya menambahkan.
Sehingga, katanya, sila pertama yang diawali dengan kata Ke-Tuhan-an menunjukkan bahwa perbedaan iman antarpemeluk agama yang berbeda akan bertemu pada titik nilai ajaran Tuhan yang diyakini oleh masing-masing agama.
"Sebab kita yakin bahwa nilai ajaran semua agama sama dalam mengajarkan kebaikan," ujarnya.