Manado (ANTARA) - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Sulawesi Bagian Utara memberikan fasilitas kawasan berikat guna mendorong pertumbuhan industri dan ekspor di wilayah itu.
Kepala Kantor Wilayah DJBC Sulawesi Bagian Utara, Erwin Situmorang menegaskan bahwa fasilitasi kawasan berikat, sebagaimana yang diberikan kepada PT Kether Coco Bio, merupakan salah satu bentuk nyata kehadiran negara dalam mendorong tumbuhnya industri.
"Kehadiran fasilitas ini diharapkan membawa dampak positif yang langsung dirasakan masyarakat serta memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah," kata Erwin di Manado, Sulawesi Utara.
Dia mengatakan PT Kether Coco Bio telah melakukan pelepasan ekspor turunan kelapa ke China.
Perwakilan PT Kether Coco Bio, Edi Gunawan menjelaskan bahwa perusahaan ini merupakan industri pengolah kelapa dengan produk utama santan beku untuk pasar ekspor.
Hingga saat ini, investasi yang telah ditanamkan mencapai sekitar 50 juta dolar AS (Rp800 miliar), dengan target peningkatan menjadi 100 juta dolar AS (Rp1,6 triliun) dalam beberapa tahun mendatang.
Perusahaan telah mempekerjakan 110 tenaga kerja lokal dan menargetkan penyerapan hingga 500 orang di masa depan.
Pada ekspor perdana ini, PT Kether Coco Bio mengirimkan 10 kontainer atau 260 ton produk dengan nilai sekitar Rp12 miliar, dan kapasitas produksi rata-rata perusahaan kini mencapai 28 ton/hari.
Edi Gunawan menyampaikan apresiasi kepada pemerintah yang menyetujui pemberian fasilitas kawasan berikat melalui Kanwil Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara.
“Dengan fasilitas Kawasan Berikat, kami semakin yakin untuk berkomitmen investasi total sampai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp1,6 triliun untuk mencapai target ekspor minimal 100 kontainer per bulan dan tenaga kerja 500 orang. Bea Cukai sangat cepat memproses kebutuhan kami,” tegas Edi Gunawan.
Wakil Gubernur Sulawesi Utara Victor Mailangkay memberikan apresiasi kepada pimpinan PT Kether Coco Bio yang berani berinvestasi dan menunjukkan komitmen kuat mendukung ekonomi Sulawesi Utara.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah bergerak cepat dalam mendukung serta memfasilitasi investasi daerah.
“Saat ini tercatat 16 perusahaan pengolahan kelapa di Sulawesi Utara dan 12 diantaranya telah melakukan ekspor. Data Bea Cukai menunjukkan ekspor produk kelapa kita pada tahun 2024 sudah mencapai 21,12 juta dolar AS dan di tahun 2025 sampai dengan bulan Agustus sudah saja mencapai 24,65 juta dolar AS. Ini potensi yang luar biasa bagi daerah kita,” kata Victor Mailangkay.
Wakil Gubernur menekankan bahwa program hilirisasi komoditas pertanian harus terus didorong dengan menempatkan petani sebagai salah satu pilar utama.
Oleh karena itu, ia mengajak semua tingkatan pemerintahan untuk memberikan dukungan dan fasilitasi demi kemajuan industri lokal.

