Manado (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara menggandeng lima perguruan tinggi mempercepat penurunan angka kekerdilan (stunting) di provinsi tersebut.
"Karena itu kami berharap kabupaten dan kota jangan menganggap stunting tidak penting karena untuk menciptakan SDM Indonesia Emas di tahun 2045 harus dimulai dari sekarang. Kita menggandeng perguruan tinggi juga dalam rangka itu," sebut Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano Tino Tandaju di Manado, Rabu.
Kelima perguruan tinggi yang diajak keroyokan masalah kekerdilan tersebut yaitu Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Negeri Manado, Universitas De La Salle Manado, Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado dan Universitas Muhammadiyah Manado.
"Penyebab stunting salah satunya akibat ketidaktahuan tentang makanan bergizi. Nutrisi dan gizi ini adanya di akademisi, karena itu kita harapkan peran perguruan tinggi," ujar Diano.
Begitupun dengan mahasiswa ketika memasuki masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah disiapkan tempat yang secara detail memiliki tingkat kerawanan kekerdilan.
"Mereka disebar ke kampung-kampung keluarga berencana. Mereka mengadvokasi, memberikan edukasi terkait gizi kepada masyarakat. Kita mempunyai data by name by adress masyarakat yang stunting," katanya.
Pemerintah menargetkan angka prevalensi turun hingga 14 persen pada tahun 2024 dan untuk Provinsi Sulut berdasarkan SSGI tahun 2021 angka prevalensi masih sekitar 21,6 persen.
Meski tidak merinci detil, namun menurut Diano, setelah diintervensi melibatkan BKKBN dan pemangku kepentingan terkait, prevalensi stunting di Sulut berkurang.
"Dari data yang ada, stunting mulai menurun. Peran mahasiswa KKN melakukan sosialisasi dan edukasi bagaimana pentingnya gizi untuk mencegah stunting. Kasus ini muncul di keluarga prasejahtera, dan kita harus membantu mereka," katanya menambahkan.