Bahlil: UEA disasar sejumlah proyek di ibu kota baru
Manado (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan sejumlah proyek yang disasar oleh Uni Emirat Arab (UEA) untuk pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.
Dalam konferensi pers daring yang dipantau dari Jakarta, Kamis, Bahlil mengungkapkan secara umum ada sejumlah proyek seperti beberapa fasilitas gedung, IT (teknologi informasi) hingga pembangunan sejumlah industri hijau.
"Sekarang tim kami sedang mapping secara detail. Nanti sore kita rapat lagi dengan Pak Luhut dan tim dari UEA untuk meng-exercise lagi mana bagian-bagian yang mereka minati. Tetapi secara umum, pertama adalah beberapa fasilitas gedung mereka mau, IT juga mereka mau, kemudian beberapa kawasan industri hijau. Ini secara umum," ungkapnya.
Bahlil sendiri berjanji akan memberikan informasi soal rincian proyek yang diminati UEA dalam dua hingga tiga minggu ke depan.
Mantan Ketua Umum Hipmi itu menjelaskan, dari total 44,6 miliar dolar AS atau setara Rp642,2 triliun (kurs Rp14.400 per dolar AS) komitmen investasi UEA, ada sekitar 18 miliar dolar AS investasi yang akan dipegang oleh Indonesia Investment Authority (INA atau Lembaga Pengelola Investasi/LPI).
Bahlil menyebut meski secara total ada 18 miliar dolar AS yang ditangani INA/LPI, baru sekitar 8 miliar dolar AS yang sudah jelas akan masuk di proyek tertentu.
"Totalnya 18 miliar dolar AS, sebanyak 8 miliar dolar AS itu sudah clear (jelas) di sektor apa saja, tapi sisa 10 miliar dolar AS masih tentatif untuk dimasukkan ke IKN (ibu kota negara)," katanya.
Meski demikian, Bahlil menuturkan Pemerintah UEA masih melakukan komunikasi yang sangat intens dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal alokasi investasi lainnya di ibu kota negara.
"Angkanya berapa, belum kita sepakati. Tapi dari total 44,6 miliar dolar AS ini, yang memungkinkan masuk ke IKN adalah yang 10 miliar dolar AS itu. Itu yang masih longgar sekali. Lainnya sudah ter-break down (sudah dialokasikan). Tapi di luar angka ini juga ada yang sedang kita komunikasikan," tutur Bahlil.
Ia pun meyakini, UEA akan mengalokasikan nilai investasi yang lebih besar dari nilai komitmen yang disampaikan. Namun, ia enggan mengungkap secara rinci besarannya.
"Yakinlah bahwa UEA akan mengalokasikan nilai investasi mereka khususnya untuk di IKN itu, pasti lebih dari apa yang sudah dikomitmenkan di awal. Karena pembicaraan Bapak Presiden dengan Pak Luhut dengan Raja (Putera Mahkota) di UEA, itu angkanya yang saya dengar lebih. Tetapi tidak pas kalau saya yang sampaikan, biarkan Pak Menko Luhut yang sampaikan," imbuhnya.
Dalam konferensi pers daring yang dipantau dari Jakarta, Kamis, Bahlil mengungkapkan secara umum ada sejumlah proyek seperti beberapa fasilitas gedung, IT (teknologi informasi) hingga pembangunan sejumlah industri hijau.
"Sekarang tim kami sedang mapping secara detail. Nanti sore kita rapat lagi dengan Pak Luhut dan tim dari UEA untuk meng-exercise lagi mana bagian-bagian yang mereka minati. Tetapi secara umum, pertama adalah beberapa fasilitas gedung mereka mau, IT juga mereka mau, kemudian beberapa kawasan industri hijau. Ini secara umum," ungkapnya.
Bahlil sendiri berjanji akan memberikan informasi soal rincian proyek yang diminati UEA dalam dua hingga tiga minggu ke depan.
Mantan Ketua Umum Hipmi itu menjelaskan, dari total 44,6 miliar dolar AS atau setara Rp642,2 triliun (kurs Rp14.400 per dolar AS) komitmen investasi UEA, ada sekitar 18 miliar dolar AS investasi yang akan dipegang oleh Indonesia Investment Authority (INA atau Lembaga Pengelola Investasi/LPI).
Bahlil menyebut meski secara total ada 18 miliar dolar AS yang ditangani INA/LPI, baru sekitar 8 miliar dolar AS yang sudah jelas akan masuk di proyek tertentu.
"Totalnya 18 miliar dolar AS, sebanyak 8 miliar dolar AS itu sudah clear (jelas) di sektor apa saja, tapi sisa 10 miliar dolar AS masih tentatif untuk dimasukkan ke IKN (ibu kota negara)," katanya.
Meski demikian, Bahlil menuturkan Pemerintah UEA masih melakukan komunikasi yang sangat intens dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal alokasi investasi lainnya di ibu kota negara.
"Angkanya berapa, belum kita sepakati. Tapi dari total 44,6 miliar dolar AS ini, yang memungkinkan masuk ke IKN adalah yang 10 miliar dolar AS itu. Itu yang masih longgar sekali. Lainnya sudah ter-break down (sudah dialokasikan). Tapi di luar angka ini juga ada yang sedang kita komunikasikan," tutur Bahlil.
Ia pun meyakini, UEA akan mengalokasikan nilai investasi yang lebih besar dari nilai komitmen yang disampaikan. Namun, ia enggan mengungkap secara rinci besarannya.
"Yakinlah bahwa UEA akan mengalokasikan nilai investasi mereka khususnya untuk di IKN itu, pasti lebih dari apa yang sudah dikomitmenkan di awal. Karena pembicaraan Bapak Presiden dengan Pak Luhut dengan Raja (Putera Mahkota) di UEA, itu angkanya yang saya dengar lebih. Tetapi tidak pas kalau saya yang sampaikan, biarkan Pak Menko Luhut yang sampaikan," imbuhnya.