Manado (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat angka realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) subsektor mineral dan batu bara atau Minerba hingga September 2021 telah mencapai 127,03 persen dari target yang dicanangkan tahun ini.
"Dari target 2021 sejumlah Rp39,1 triliun yang kami proyeksikan untuk menjadi PNBP Minerba hingga saat ini sudah tercapai Rp49,67 triliun, jadi 127 persen dari target sementara waktu masih ada kurang lebih tiga bulan," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Ridwan Djamaluddin dalam konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Angka realisasi yang dicapai hingga triwulan III tahun ini merupakan yang terbesar dalam lima tahun terakhir.
Pada 2017, pemerintah menargetkan PNBP Minerba sebesar Rp32,72 triliun dengan angka realisasi Rp40,62 triliun hingga triwulan IV.
Bergeser ke 2018, target PNBP Minerba selama setahun sebesar Rp32,1 triliun dengan realisasi sebesar Rp50 triliun.
Kemudian, realisasi PNBP Minerba hingga akhir 2019 sebesar Rp45,59 triliun atau lebih besar 3,0 persen dibandingkan target tahun itu sebesar Rp43,27 triliun.
Pada 2020, pemerintah menurunkan target PNBP Minerba akibat pandemi COVID-19 sebesar Rp31,42 triliun dengan capaian realisasi sebesar Rp34,6 triliun hingga akhir tahun.
Adapun untuk tahun ini pemerintah menargetkan PNBP Minerba sebesar Rp39,1 triliun dan telah terealisasi sebanyak Rp49,67 triliun dalam waktu sembilan bulan.
"Jadi, ini sebuah capaian yang baik. Hal ini tentunya didorong oleh harga-harga komoditas yang sedang bagus, serta upaya pemerintah memberikan kebijakan yang memungkinkan badan usaha untuk bergerak lebih cepat dan lebih lincah," kata Ridwan.
Berdasarkan data harga acuan mineral dan batu bara Kementerian ESDM, beberapa komoditas tercatat mengalami peningkatan harga yang signifikan selama Juli hingga September tahun ini.
Harga batu bara acuan yang sebelumnya hanya sebesar 115,35 dolar AS per ton pada Juli menjadi 150,03 dolar AS per ton pada September 2021.
Kemudian, harga acuan untuk mineral jenis nikel yang awalnya hanya 17.650,97 dolar AS per metrik ton pada Juli melonjak menjadi 192.239,26 dolar AS per metrik ton pada September.
Komoditas kobalt juga mengalami peningkatan dari semula 43.199,52 dolar AS per metrik ton pada Juli menjadi 52.317,83 dolar AS per metrik ton pada September.
Bahkan timbal yang sempat landai sejak permulaan hingga pertengahan tahun turut melesat menyentuh harga 2.174,67 dolar AS per metrik ton pada Juli menjadi 2.403,67 dolar AS per metrik ton pada September.