Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memandang pemberlakuan PPKM akan kembali menghambat pemulihan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Pemberlakukan kembali PPKM Level tiga dan Level empat berpotensi kembali menghambat pemulihan ekonomi Sulut," kata Kepala BI Sulut Arbonas Hutabarat, di Manado, Jumat.
Dia menjelaskan berlanjutnya pemulihan kinerja serta stabilitas makroekonomi di tengah pandemi COVID-19 memerlukan sinergi bersama seluruh pihak.
Adaptasi kebiasaan baru dan vaksinasi perlu terus diperkuat untuk menyeimbangkan pengendalian risiko penyebaran COVID-19 di tengah upaya mengembalikan perputaran roda perekonomian.
Dalam hal ini pemerintah daerah memiliki peran kunci guna mendorong realisasi stimulus fiskal baik melalui realokasi APBD, maupun akselerasi penyaluran berbagai Bansos dan Dana Desa.
Optimalisasi bansos dan dana desa, disamping akselerasi penyaluran KUR dan program PEN oleh perbankan, diharapkan dapat menjaga permintaan khususnya pada kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) maupun UKM.
Disamping itu, katanya, dalam menyikapi tantangan dan risiko tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah guna mendorong digitalisasi kegiatan ekonomi melalui percepatan perluasan pembayaran non tunai serta mendorong onboarding digital dan peningkatan kualitas produk UMKM Sulut melalui gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia.
Tren pemulihan ekonomi di Sulut terus berlanjut di Triwulan II 2021. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Sulut sebesar 8,49 persen (yoy), membaik dibandingkan TW I 2021 yang tercatat tumbuh sebesar 1,87 persen (yoy) sebagaimana dirilis oleh BPS Sulut pada 5 Agustus 2021.
"Pertumbuhan ekonomi Sulut ini juga merupakan yang tertinggi selama masa pandemi COVID-19," katanya.
Perbaikan kinerja ekonomi Sulut tersebut juga relatif lebih tinggi dibandingkan kinerja perekonomian nasional pada triwulan II 2021 yang tumbuh sebesar 7,07 persen (yoy).
Sementara apabila dibandingkan dengan kinerja perekonomian seluruh provinsi di Sulawesi, pertumbuhan ekonomi di Sulut merupakan yang tertinggi kedua setelah Provinsi Sulawesi Tengah (15,39 persen yoy).