Jakarta (ANTARA) - Kesuksesan tim junior Indonesia membawa pulang Piala Suhandinata untuk pertama kalinya setelah tiga kali gagal di final pada tahun 2013, 2014 dan 2015, mengundang apresiasi Manajer Tim Indonesia Susy Susanti.
Diunggulkan di posisi pertama, Indonesia mendapat perlawanan sengit dari unggulan kedua China pada final di Kazan, Rusia, Sabtu (5/10), sebelum akhirnya meraih kemenangan 3-1. Empat pertandingan final harus dilewati dengan rubber game dengan durasi lebih dari satu jam demi memperebutkan gelar tim beregu terbaik di kelas U-19 ini.
"Perjuangan anak-anak sungguh luar biasa. Sebenarnya kami bisa menang 3-0. Waktu kejadian Bobby (Setiabudi) sempat terpikir jangan-jangan terulang lagi final AJC (Asia Junior Championships 2019), sudah unggul 2-0 akhirnya kalah. Tapi saya langsung singkirkan pikiran begitu. Saya yakin kalau kita tetap bisa, yakin terus, akhirnya bisa menang 3-1," ujar Susy dalam keterangan tertulis PP PBSI di Jakarta, Minggu.
Poin pertama disumbang ganda campuran Daniel Marthin/Indah Cahya Sari Jamil setelah mengalahkan Feng Yan Zhe/Lin Fang Ling dengan skor 21-18, 18-21, 21-11, berlanjut kemenangan di partai kedua yang dicetak Putri Kusuma Wardani atas Zhou Meng dengan skor 21-18, 20-22, 21-14.
Indonesia nyaris menang sempurna 3-0 setelah Bobby Setiabudi berhasil menciptakan kedudukan 20-16 dan hanya butuh satu lagi champion point. Sayangnya Bobby harus mengakui keunggulan Liu Liang dengan skor 17-21, 21-17, 20-22.
Ganda putri dadakan, Putri Syaikah/Febriana Dwipuji Kusuma menjadi pahlawan penentu kemenangan tim Indonesia setelah mengalahkan Li Yi Jing/Tan Ning dengan skor 16-21, 25-23, 21-13.
Putri biasanya berpasangan dengan Nita Violina Marwah, namun kali ini ia diduetkan dengan Febriana. Sama halnya di ganda campuran, Indah Cahya Sari Jamil berhasil menyumbang angka saat berpasangan dengan Daniel Marthin yang bukan pasangan tetapnya. Indah biasanya berpasangan dengan Leo Rolly Carnando.
"Ganda putri kita waktu lawan Thailand di semifinal kemarin masih agak kurang maksimal. Jadi kami pikir harus ada gebrakan lain, jadi musuh tidak menyangka. Kami sudah melihat gebrakan di ganda campuran itu berhasil di semifinal, akhirnya kami memberanikan diri untuk ubah strategi ganda putri di final, ternyata berhasil juga," tutur Susy menjelaskan.
"Strategi utak-atik pasangan berhasil karena para pelatih sudah menyiapkan. Para pemain kan sudah sering ketemu lawannya, sudah dipelajari mainnya," kata Susy.
Di bawah Indonesia (medali emas) dan China (medali perak), ada Thailand dan Jepang yang meraih medali perunggu. Thailand sebelumnya dihentikan Indonesia di semifinal dengan skor 2-3, sedangkan Jepang dikalahkan Tiongkok dengan skor 2-3.