Manado (ANTARA) - Daya beli petani di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengalami kenaikan menyusul nilai tukar petani (NTP) pada bulan Februari 2025 naik 4,14 persen.
"NTP petani Sulut masih berada di atas angka 100 dan terus meningkat dari bulan lalu sebesar 119,66 menjadi 124,61," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Aidil Adha, di Manado, Kamis.
Dia mengatakan NTP pada Februari 2025 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak tahun 2024.
Ia mengatakan, subsektor hortikultura menjadi penyumbang terbesar kenaikan NTP pada Februari.
Subsektor hortikultura mengalami kenaikan NTP sebesar 16,73 persen poin, yakni dari 164,04 pada Januari menjadi 191,48 pada Februari 2025. Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar dibanding subsektor lainnya.
Selain hortikultura, subsektor yang juga mengalami kenaikan NTP adalah tanaman pangan 2,16 persen poin menjadi 110,04, dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,60 persen poin menjadi 119,26.
Kenaikan NTP pada Februari 2025 secara umum disebabkan oleh dua faktor, yakni kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 4,02 persen, serta turunnya indeks yang dibayar petani sebesar 0,11 persen.
"Komoditas yang paling besar menyumbang kenaikan NTP adalah tomat dan kelapa. Sedangkan komoditas yang menjadi penyumbang turunnya indeks yang dibayar petani adalah cabai rawit dan tarif listrik," jelasnya.
Sedangkan, katanya, subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah peternakan 0,64 persen dan perikanan 1,52 persen. NTP subsektor peternakan pada Februari 2025 sebesar 123,03, sedangkan subsektor perikanan 106,51.
“Subsektor Perikanan terbagi dua, yakni nelayan dan pembudidaya ikan. NTP nelayan turun 1,72 persen, sedangkan pembudidaya ikan naik 0,91 persen,” kata Aidil.
Secara regional, Sulawesi Utara mengalami kenaikan NTP dan NTUP (nilai tukar usaha rumah tangga pertanian) tertinggi di pulau Sulawesi.