Manado (ANTARA) - Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Utara (Sulut) Ivanry Matu mengatakan Sulut memerlukan program revolusi agribisnis untuk mengembangkan sektor pertanian di daerah tersebut.
"Sulut jangan lagi buat program revitalisasi pertanian, tapi Revolusi Agribisnis Sulut akan jadi lumbung beras di Kawasan Timur Indonesia," kata Ivanry, di Manado, Jumat.
Dia mengatakan Sulut perlu menggarap lahan berbasis Agritech, fokus pada modernasi teknologi pertanian dengan memanfaatkan lahan tidur.
Ivanry menjelaskan di China banyak sekali modifikasi alat sederhana dalam menunjang produksi pertanian, kelihatannya juga alat ini sederhana, murah meriah dan bisa diterapkan di pelosok dan dioperasikan orang kampung yang berpendidikan rendah.
"Kalau kita serius urus pertanian, optimistis pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh dua digit dalam dua tahun ke depan," katanya.
Dia menjelaskan perhitungan sederhana, luas lahan pertanian padi di Sulut kurang lebih 46.000 hektar (ha), jika diasumsikan 1 ha menghasilkan empat ton padi, maka ada transaksi sebesar Rp1,8 triliun per panen, dikalikan dua kali panen per tahun yakni Rp3,6 T/ tahun.
Ini, katanya, baru perhitungan satu komoditi, belum tanaman perkebunan dan holtikultura lainnya.
Ia mengatakan manfaatkan lahan tidur di Sulut, kembalikan lahan kritis di Sulut yang berjumlah sekitar 15.000 ha, jumlah lahan pertanian di Sulut 248 ribu ha atau sekitar 20 persen dari luas provinsi Sulut sekitar 1,4 juta ha, dan lahan tidur diperkirakan lebih dari 130-150ribu ha.
Ivanry mengatakan jika bisa dikelola sebesar 150 ribu ha saja lahan tidur untuk ditanami padi, maka ada potensi 600.000 ton yang akan dihasilkan atau senilai Rp6 Triliun.
Harus diakui biaya produksi padi kisaran Rp13juta- Rp25 juta per ha, artinya ada potensi uang beredar Rp3 Triliun hanya dari komoditi memanfaatkan lahan tidur, bisa dibayangkan efek domino, penciptaan lapangan kerja dan geliat ekonomi di kampung, dan dampak sosial lainnya.
Sehingga, katanya, pemerintah perlu fasilitasi pengadaan alsintan yang mencakup dari hulu ke hilir, mulai dari pengolahan lahan, bibit/benih, pemupukan, panen, penggilingan, sampai packaging.
"Fasilitasi juga akses saprotan seperti pupuk organik dan pupuk anorganik, pestisida," jelasnya.