Arab Saudi ingin turis mancanegara naik tiga kali lipat di tahun ini
Jakarta (ANTARA) - Arab Saudi ingin meningkatkan jumlah turis mancanegara menjadi tiga kali lipat tahun ini di tengah pelonggaran pandemi, kembalinya orang yang berhaji dan elemen pertama dari proyek yang ditandatangani putra mahkota sudah dibuka, kata menteri pariwisata kepada AFP, Minggu (5/6).
Kerajaan konservatif dan tertutup itu meresmikan visa turis pada September 2019, hanya beberapa bulan sebelum pandemi COVID-19 membuat industri global terpuruk.
Peningkatan perjalanan domestik pada tahun 2020 dan 2021 – pihak berwenang menghitung rekor 64 juta “kunjungan domestik” tahun lalu – membantu menyelamatkan sektor pariwisata Saudi yang baru lahir dari kehancuran, dan sekarang pihak berwenang ingin menggaet lebih banyak pasar internasional, kata Ahmed Al Khateeb dalam wawancara.
"Kini kami berupaya untuk menarik lebih banyak pengunjung internasional," katanya, mengatakan target tahun ini 12 juta, tiga kali lipat dari 4 juta pada 2021.
"Kami sudah kembali dan sangat optimistis. Negara-negara mulai membuka perbatasan, pembatasan melonggar dan orang mulai bepergian," katanya.
Arab Saudi memberi kejutan ketika menargetkan 100 juta pengunjung pada 2030, elemen dari agenda reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang ingin mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak dan membuka diri kepada dunia.
Meski kerajaan beberapa tahun belakang melonggarkan aturan terkait bioskop, konser dan acara olahraga yang penontonnya bercampur antara lelaki dan perempuan, masih ada regulasi yang tetap ditegakkan seperti pelarangan alkohol berpotensi mengurangi daya tariknya.
Khateeb menyebutkan, Minggu, bahwa dari 100 juta target pengunjung pada 2030, 30 juta adalah turis mancanegara dan sisanya orang-orang yang bepergian di dalam Arab Saudi.
Sebagian dari 30 juta kunjungan adalah orang-orang yang datang untuk beribadah haji ke Mekkah dan Madinah, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.
Bulan depan, pihak berwenang berencana untuk mengizinkan satu juta umat muslim untuk beribadah haji, setelah pandemi membuat ibadah tahunan ini jadi dibatasi secara drastis selama dua tahun.
Rencana besar lain terkait pariwisata dari Pangeran Mohammed adalah kota futuristik NEOM dan Diriyah, yang akan dibangun sebagai destinasi hiburan dan warisan budaya, dengan biaya 500 miliar dolar AS.
Distrik restoran di Diriyah akan dibuka pada September, sementara elemen lain dari proyek tersebut akan dimulai secara daring "mulai tahun 2025 dan seterusnya", kata Khateeb.
"Ini adalah tingkat pariwisata baru yang belum ada saat ini," ujar dia.
"Arab Saudi akan mengubah lanskap pariwisata secara global... destinasi yang ditawarkan Saudi pada 2030 adalah sesuatu yang sangat berbeda," tambah dia.
Baca juga: Anggota DPR Nurul Arifin pertanyakan larangan warga Arab Saudi ke Indonesia
Baca juga: Sandiaga Uno harap WN Arab Saudi lebih banyak berkunjung ke Indonesia
Kerajaan konservatif dan tertutup itu meresmikan visa turis pada September 2019, hanya beberapa bulan sebelum pandemi COVID-19 membuat industri global terpuruk.
Peningkatan perjalanan domestik pada tahun 2020 dan 2021 – pihak berwenang menghitung rekor 64 juta “kunjungan domestik” tahun lalu – membantu menyelamatkan sektor pariwisata Saudi yang baru lahir dari kehancuran, dan sekarang pihak berwenang ingin menggaet lebih banyak pasar internasional, kata Ahmed Al Khateeb dalam wawancara.
"Kini kami berupaya untuk menarik lebih banyak pengunjung internasional," katanya, mengatakan target tahun ini 12 juta, tiga kali lipat dari 4 juta pada 2021.
"Kami sudah kembali dan sangat optimistis. Negara-negara mulai membuka perbatasan, pembatasan melonggar dan orang mulai bepergian," katanya.
Arab Saudi memberi kejutan ketika menargetkan 100 juta pengunjung pada 2030, elemen dari agenda reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang ingin mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak dan membuka diri kepada dunia.
Meski kerajaan beberapa tahun belakang melonggarkan aturan terkait bioskop, konser dan acara olahraga yang penontonnya bercampur antara lelaki dan perempuan, masih ada regulasi yang tetap ditegakkan seperti pelarangan alkohol berpotensi mengurangi daya tariknya.
Khateeb menyebutkan, Minggu, bahwa dari 100 juta target pengunjung pada 2030, 30 juta adalah turis mancanegara dan sisanya orang-orang yang bepergian di dalam Arab Saudi.
Sebagian dari 30 juta kunjungan adalah orang-orang yang datang untuk beribadah haji ke Mekkah dan Madinah, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.
Bulan depan, pihak berwenang berencana untuk mengizinkan satu juta umat muslim untuk beribadah haji, setelah pandemi membuat ibadah tahunan ini jadi dibatasi secara drastis selama dua tahun.
Rencana besar lain terkait pariwisata dari Pangeran Mohammed adalah kota futuristik NEOM dan Diriyah, yang akan dibangun sebagai destinasi hiburan dan warisan budaya, dengan biaya 500 miliar dolar AS.
Distrik restoran di Diriyah akan dibuka pada September, sementara elemen lain dari proyek tersebut akan dimulai secara daring "mulai tahun 2025 dan seterusnya", kata Khateeb.
"Ini adalah tingkat pariwisata baru yang belum ada saat ini," ujar dia.
"Arab Saudi akan mengubah lanskap pariwisata secara global... destinasi yang ditawarkan Saudi pada 2030 adalah sesuatu yang sangat berbeda," tambah dia.
Baca juga: Anggota DPR Nurul Arifin pertanyakan larangan warga Arab Saudi ke Indonesia
Baca juga: Sandiaga Uno harap WN Arab Saudi lebih banyak berkunjung ke Indonesia