New York (ANTARA) - Minyak mentah berjangka menetap lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), jatuh dari level tertinggi satu bulan, di tengah kekhawatiran bahwa India, importir minyak terbesar ketiga dunia, dapat memberlakukan pembatasan karena infeksi virus corona dan kematian melonjak ke rekor tertinggi.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 48 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup di 66,57 dolar AS per barel, setelah sempat mencapai tertinggi sejak 18 Maret di 68,08 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei berkurang 94 sen atau 1,5 persen, menjadi menetap di 62,44 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah reli di awal sesi, setelah Libya mengumumkan force majeure pada ekspor dari Pelabuhan Hariga dan mengatakan pihaknya dapat memperluas tindakan tersebut ke fasilitas-fasilitas lain, dengan alasan sengketa anggaran.
Hariga dijadwalkan memuat sekitar 180.000 barel per hari (bph) pada April. Produksi Libya terpukul tahun lalu setelah pasukan yang berbasis di timur dalam perang saudara negara itu memblokade terminal minyak.
Harga minyak terus meningkat tahun ini karena antisipasi bahwa permintaan akan pulih, tetapi sementara Amerika Serikat dan China sedang rebound, banyak negara lain tidak.
“Kecuali kemajuan besar terlihat di luar negara industri utama seperti AS, faktor pandemi dapat memerlukan beberapa penyesuaian turun dalam ekspektasi permintaan minyak global untuk tahun ini,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
India, negara terpadat kedua di dunia dan saat ini terpukul paling parah oleh COVID-19, melaporkan jumlah kematian harian terburuk pada Selasa (20/4/2021), dengan sebagian besar negara itu sekarang dikunci di tengah gelombang penularan kedua yang meningkat pesat.
Perdana Menteri India Narendra Modi mendesak warga untuk mengambil tindakan pencegahan guna menghentikan penyebaran COVID-19, tetapi tidak memberlakukan penguncian.
Pembatasan terus menghambat perjalanan ke seluruh dunia. Hong Kong akan menangguhkan penerbangan dari India, Pakistan, dan Filipina mulai 20 April selama dua minggu.
Secara keseluruhan, harga minyak telah pulih dari posisi terendah bersejarah tahun lalu akibat pandemi, dibantu oleh beberapa pemulihan permintaan dan pengurangan produksi besar-besaran oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+. Setahun yang lalu hari ini, WTI merosot ke minus 40 dolar AS karena kelebihan pasokan.
Stok minyak mentah AS diperkirakan turun selama empat minggu berturut-turut, merosot sekitar tiga juta barel pekan lalu, menurut para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Data industri dari American Petroleum Institute (API) akan dirilis pada pukul 16.30 waktu setempat (2030 GMT), diikuti oleh laporan pemerintah pada Rabu waktu setempat.
Berita Terkait
Optimistis swasembada energi, Berty Roeroe: Indonesia mampu produksi minyak 1 juta barel/hari
Rabu, 13 November 2024 9:36 Wib
Menteri ESDM minta Kepala SKK Migas tingkatkan lifting minyak
Jumat, 8 November 2024 6:17 Wib
Nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi normalisasi harga minyak dunia
Rabu, 9 Oktober 2024 17:17 Wib
Pemkot Bitung gelar pasar murah kendalikan inflasi
Rabu, 12 Juni 2024 5:10 Wib
Presiden Jokowi sebut Blok Rokan ladang minyak yang cukup besar di Indonesia
Minggu, 2 Juni 2024 6:40 Wib
Potensi kenaikan harga BBM, Presiden hitung kemampuan fiskal negara
Selasa, 28 Mei 2024 5:59 Wib
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib