Manado (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mengharapkan konservasi Yaki mampu menciptakan ekosistem terintegrasi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"PT Pertamina (Persero) bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dan Yayasan Masarang melepasliarkan 13 ekor Monyet Hitam Sulawesi yang juga disebut Yaki macaca nigra di kawasan konservasi TWA Gunung Ambang Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, setelah melalui proses rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki," kata VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita, di Manado, Kamis.
Dia mengatakan okasi pelepasliaran Desa Liberia Timur, Kecamatan Modayang, Kabupaten Bolaan Mongondow Timur juga diberikan bantuan Bina Lingkungan Bibit dan Pupuk senilai Rp50 juta kepada Kelompok Tani Hutan (KTH) Belerang, Desa Liberia Timur.
Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) nomor delapan yaitu menciptakan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi.
"Sehingga, program ini dapat memberikan lebih banyak multiplier effect secara berkelanjutan kepada masyarakat sekitar,” ujar Arya.
Pertamina sebagai korporasi yang menjunjung tinggi prinsip Environmental Social Governance (ESG) menerapkan praktik-praktik penyelamatan lingkungan yang dikombinasikan dengan pemberdayaan masyarakat disaat yang bersamaan.
“Seperti ditemui di Gunung Ambang ini, Pertamina memberdayakan masyarakat untuk menanam tanaman produktif dengan tujuan memberikan nilai ekonomi dan tidak merambah hutan habitat Yaki," Arya.
Arya Dwi Paramita mengatakan Program CSR Konservasi Yaki merupakan program CSR Integrated Terminal Bitung Pertamina Regional Sulawesi dan PGE Area Lahendong yang sudah berjalan dari tahun 2017.
“Program CSR Pertamina terdiri dari empat pilar yaitu salah satunya adalah konservasi keanekaragaman hayati yang masuk pada pilar Pertamina Hijau. Hal ini merupakan wujud kepedulian perusahaan kepada pelestarian flora dan fauna, dimana saat ini Pertamina memiliki 55 program konservasi sejenis yang dilaksanakan oleh unit operasi Pertamina di seluruh Indonesia. Tentunya jenis flora dan fauna endemik menyesuaikan kondisi wilayah masing-masing baik secara geografis wilayah maupun lokasi operasional bisnis Pertamina,” terangnya.
Pada konservasi Yaki ini, Pertamina memberikan dukungan berupa dukungan pembibitan pohon pakan alami yaki, dukungan medical check up untuk animal keeper untuk meminimalisir resiko zoonosis serta pembuatan kandang habituasi untuk Pelepasliaran Yaki di Gunung Ambang.
Selain itu, Pertamina bersama Yayasan Masarang memberikan edukasi kepada masyarakat melalui program Tasikoki Conservation Camp dan Pendidikan Konservasi serta sosialisasi ke sekolah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melindungi satwa langka.
Kepala BKSDA Sulut Noel Layuk Allo mengatakan Yaki ini merupakan hasil penyelamatan dari perdagangan satwa dan evakuasi dari kepemilikan illegal oleh BKSDA Sulut.
“Pelepasliaran Yaki ini dapat terlaksana berkat dukungan penuh dari PT Pertamina (Persero) dan juga BKSDA Sulawesi Utara bersama mitra kerjanya, yaitu Yayasan Masarang – PPS Tasikoki, EPASS Tangkoko, Macaca Nigra Project (MNP), dan Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia (YSYI),” terangnya.
Lebih lanjut Noel mengatakan pada tanggal 15 November 2020 lalu, kelompok Yaki ini dipindahkan ke kandang pelepasliaran di TWA Gunung Ambang untuk menjalani proses habituasi agar mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan baru sebelum mereka benar-benar akan bebas di alam liar.
Noel menjelaskan di Indonesia, Yaki merupakan satwa yang dilindungi sebagaimana tertuang dalam UU. No. 5 Tahun 1990. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SK Dirjen KSDAE No. 180/IV-KKH/2015 telah menetapkan Yaki sebagai salah satu jenis dari 25 jenis satwa terancam punah prioritas yang perlu ditingkatkan populasinya.
“Kegiatan Pelepasliaran Yaki (Macaca nigra) ini diharapkan dapat menambah populasi Yaki liar di alam sehingga dapat menjadi sarana edukasi dan juga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap satwa liar. Jika upaya konservasi Yaki tidak dilakukan dari sekarang maka Yaki akan semakin terancam dan mendekati ambang kepunahan,” tegasnya.
Disisi lain, Sudikromo, Camat Kecamatan Modayag mengapresiasi Pertamina dan pemerintah dengan dilakukannya pelepasliaran Yaki ini.
"Pemerintah harus sinergi, berbagai elemen dan lembaga melalui acara ini mendukung program ini. Dengan dilepasliarkan Yaki diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Liberia Timur. Berharap dengan kegiatan semacam ini dapat dipertahankan, masyarakat dapat merawat dan mengembangkan. Mari kita semua bertanggungjawab, ciptaan Tuhan harus dijaga bersama," katanya.
Pelepasliaran inu dilakukan secara langsung oleh VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita, Kepala BKSDA Sulut Noel Layuk Allo , Camat Kecamatan Modayag Sudikromo, Ketua Yayasan Masarang Hasudungan Pakpahan serta Manajemen Pertamina Geothermal Energy Area Geothermal Lahendong dan Integrated Terminal Bitung Pertamina Regional Sulawesi.
Momen Pelepasliaran Yaki ini menjadi rangkaian dari Hari Ulang Tahun (HUT) Pertamina ke-63 serta peringatan Hari Cinta Puspa Satwa Nasional yang jatuh pada tanggal 5 November silam.
Berita Terkait
Istri Tom Lembong harap suaminya bisa bebas
Senin, 25 November 2024 17:56 Wib
Wamenpora Taufik Hidayat harap tak ada lagi dualisme pengurus olahraga
Kamis, 21 November 2024 14:15 Wib
Kapolda Sulut harap personel jadikan pola hidup sehat jadi kebiasaan
Jumat, 15 November 2024 5:34 Wib
Kakanwil harap MAKN Bolmong ciptakan SDM unggul
Rabu, 13 November 2024 11:47 Wib
KPU harap pemasangan iklan kampanye di media perhatikan durasi dan model
Minggu, 10 November 2024 6:15 Wib
BKKBN Sulut harap pengelolaan Rumah DataKu ditopang anggaran pemda
Kamis, 31 Oktober 2024 13:26 Wib
DPD PUTRI harap Kemenpar tingkatkan SDM pariwisata Sulut
Selasa, 29 Oktober 2024 6:24 Wib
CIMB Niaga harap program 3 juta rumah tingkatkan penyaluran KPR
Jumat, 25 Oktober 2024 10:24 Wib