Manado (ANTARA) - Kepala Balai Taman Nasional (BTN) Bunaken, Sulawesi Utara, Faat Rudhianto mengatakan bahwa kearifan lokal ikut menyelamatkan populasi dugong (Dugong dugon) yang ada di kawasan tersebut.
"Populasinya ada di kawasan taman nasional bagian selatan, tetapi juga bisa ditemukan di perairan taman nasional bagian utara," kata Faat di Manado, Kamis.
Saat ini, kata Faat, dalam kawasan Taman Nasional Bunaken diperkirakan ada sekitar 100 individu dan masih tetap terjaga kelangsungan hidup hewan laut mamalia tersebut.
"Patut kita syukuri bahwa dugong tidak menjadi barang untuk dikonsumsi. Itu juga ada kaitannya dengan kepercayaan yang berkembang di masyarakat untuk tidak mengkonsumsi dugong," katanya.
Individu dugong, kata Faat, mengikuti sumber makanan dan memiliki pola migrasi sendiri sehingga terkadang bisa dilihat masyarakat ketika muncul ke permukaan.
"Ada beberapa bahkan sempat terbawa arus dan tersangkut di jaring nelayan. Tapi itulah, karena ada kearifan lokal, masyarakat kemudian melepaskannya. Bahkan, kalau tidak mampu, masyarakat juga menghubungi kami untuk membantu melepaskan hewan tersebut," ujarnya.
Habitat dugong di kawasan taman nasional bagian selatan dapat ditemukan di perairan Desa Arakan, Popareng, Sondaken, Rap-Rap, dan Poopo.
Sementara di kawasan taman nasional bagian utara dapat dijumpai di Pulau Nain.
Faat mengatakan, BTN Bunaken terus memberikan edukasi kepada masyarakat dan pengunjung untuk menjaga kelestarian flora dan fauna yang ada di kawasan pariwisata tersebut.
"Jadi, ada personel yang tinggal di pos yang namanya kantor resor pengelolaan wilayah. Mereka berkantor di sana, membantu dalam pengawasan kawasan sekaligus juga mengedukasi," ujarnya.