Jakarta (ANTARA) -
Pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah turun 29 poin atau 0,18 persen menjadi Rp16.310 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.281 per dolar AS.
"Rupiah bisa berbalik melemah hari ini terhadap dolar AS melihat indeks dolar AS yang bergerak naik ke 104,60 pagi ini, level yang belum pernah disentuh sejak 12 Juli 2024," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Menurut Ariston, pasar kelihatannya mewaspadai data dan peristiwa ekonomi global penting yang akan dirilis pekan ini sehingga pasar menahan diri untuk masuk ke aset-aset berisiko termasuk rupiah. Data dan peristiwa tersebut bisa mempengaruhi pergerakan harga di pasar keuangan.
Pekan ini ada pengumuman hasil rapat moneter Bank Sentral Jepang di Rabu pagi dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) di Kamis dinihari. Kemudian, ada rilis data Indeks Manajer Pembelian (PMI) China dan data inflasi Eropa.
Pasar berharap Bank Sentral AS atau The Fed akan lebih tegas mendukung pemangkasan suku bunga acuan tahun ini, tapi melihat kondisi inflasi AS yang belum turun juga dan sikap The Fed yang selalu memberikan pernyataan yang tidak pasti ke pasar, mendorong pelaku pasar untuk bersikap menunggu dan mengamati sebelum hasil dirilis.
Ia memperkirakan potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.330 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp16.250 per dolar AS hari ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah berbalik melemah saat pasar nantikan rilis data ekonomi global