Manado (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara melacak asal satwa endemik Anoa dan Babi Rusa yang dijual di pasar tradisional.
"Berdasarkan survei dan penelitian, kami masih temukan satwa endemik tersebut (Anoa dan Babi Rusa, red.) dijual di pasar tradisional," kata Kepala BKSDA Sulut Askhari Dg. Masikki di Manado, Selasa.
Menurut dia, belum diketahui pasti apakah kedua satwa endemik yang ditemukan di pasar tersebut berasal dari wilayah Sulut atau luar Sulut.
Apalagi, menurut dia, sebagian besar konsumsi daging satwa liar yang masuk ke daerah ini berasal dari luar Sulut.
"Daging satwa liar yang masuk ke sini berasal dari Kendari (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), dan Sulawesi Selatan," katanya.
Dia mencontohkan belum lama ini BKSDA bersama tim terkait menurunkan tim patroli untuk menjaga jalur jalan perbatasan yang masuk wilayah Sulut.
BKSDA kemudian menemukan potongan-potongan daging satwa liar yang sudah mati, antara lain kelelawar, ular piton, dan babi rusa, yang jumlahnya sekitar empat ton.
"Kasus babi rusa sementara kami proses hukum karena termasuk satwa dilindungi, kami sementara mencari tahu asal dari satwa liar dilindungi tersebut," ujarnya.
BKSDA Sulut terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengonsumsi satwa liar, sekaligus juga secara permanen pasokan daging satwa liar dari luar dihentikan.
"BKSDA, karantina serta aparat akan melakukan penegakan hukum apabila kasus seperti itu ditemukan," katanya.
Menurut dia, dari sisi karantina ternyata daging diangkut dari luar tidak memiliki surat keterangan kesehatan hewan, kemudian dikembalikan ke daerah asal.
"Berpotensi penyakit zoonosis. Ini diedukasi kepada masyarakat. Memang kita belum ada indikasi zoonosis, tetapi berpotensi tinggi," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKSDA Sulut lacak asal Anoa dan Babi Rusa dijual di pasar tradisional