Mata uang digital tak jamin akses kepada inklusi keuangan
Badung, Bali (ANTARA) - Lead Financial Sector Specialist Payment System Development Group Bank Dunia Harish Natarajan mengungkapkan mata uang digital bank sentral alias Central Bank Digital Currency (CBDC) tak menjamin akses dan tidak serta merta berkontribusi langsung kepada inklusi keuangan.
"Saya pikir ini lebih mengenai mata uang digital bank sentral (CBDC) sebagai sebuah program, yang pasti akan membawa perhatian pada beberapa masalah panjang terkait akses dan penggunaan yang lebih rendah," ujar Harish dalam Seminar Side Event G20 Indonesia yang bertajuk "CBDC: Access and Inclusion" di Badung, Bali, Selasa.
Selain itu, beberapa pihak dapat secara luas mengklasifikasikan CBDC ke dalam biaya tinggi untuk memecahkan segmen pelanggan tertentu, biaya tinggi untuk akses dan penggunaan, serta kurangnya kasus penggunaan yang menarik perhatian.
Berbagai masalah mendasar tersebut perlu ditangani, sebagai bagian dari peluncuran CBDC yang sukses, serta akan mengambil bentuk pengembangan ekosistem umum yang terbagi dalam tiga kategori, di samping fitur CBDC khusus dan fitur ekosistem.
Kategori pertama yaitu masuknya pemain baru serta model bisnis dan distribusi baru, yang mengacu pada masuknya pemain non bank dan layanan berbasis agen serta model lainnya yang mungkin merupakan persyaratan nasabah yang esensial, disederhanakan, dan berjenjang.
"Setiap kali Anda ingin memiliki layanan berbasis akun, saya pikir ini menjadi penting dan kekurangan itu bisa menjadi penghalang tersendiri," tuturnya.
Di sisi lain, Harish menyebutkan terdapat faktor pendorong kuat yang diperlukan dan bisa datang dari kebutuhan yang mendesak seperti transfer penduduk di negara besar dimana ada banyak migrasi desa ke kota atau sebaliknya, hingga ke sebuah atau karena program pemerintah yang kuat, yang perlu menjangkau banyak penerima dalam waktu yang tepat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bank Dunia: Mata uang digital tak jamin akses kepada inklusi keuangan
"Saya pikir ini lebih mengenai mata uang digital bank sentral (CBDC) sebagai sebuah program, yang pasti akan membawa perhatian pada beberapa masalah panjang terkait akses dan penggunaan yang lebih rendah," ujar Harish dalam Seminar Side Event G20 Indonesia yang bertajuk "CBDC: Access and Inclusion" di Badung, Bali, Selasa.
Selain itu, beberapa pihak dapat secara luas mengklasifikasikan CBDC ke dalam biaya tinggi untuk memecahkan segmen pelanggan tertentu, biaya tinggi untuk akses dan penggunaan, serta kurangnya kasus penggunaan yang menarik perhatian.
Berbagai masalah mendasar tersebut perlu ditangani, sebagai bagian dari peluncuran CBDC yang sukses, serta akan mengambil bentuk pengembangan ekosistem umum yang terbagi dalam tiga kategori, di samping fitur CBDC khusus dan fitur ekosistem.
Kategori pertama yaitu masuknya pemain baru serta model bisnis dan distribusi baru, yang mengacu pada masuknya pemain non bank dan layanan berbasis agen serta model lainnya yang mungkin merupakan persyaratan nasabah yang esensial, disederhanakan, dan berjenjang.
"Setiap kali Anda ingin memiliki layanan berbasis akun, saya pikir ini menjadi penting dan kekurangan itu bisa menjadi penghalang tersendiri," tuturnya.
Di sisi lain, Harish menyebutkan terdapat faktor pendorong kuat yang diperlukan dan bisa datang dari kebutuhan yang mendesak seperti transfer penduduk di negara besar dimana ada banyak migrasi desa ke kota atau sebaliknya, hingga ke sebuah atau karena program pemerintah yang kuat, yang perlu menjangkau banyak penerima dalam waktu yang tepat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bank Dunia: Mata uang digital tak jamin akses kepada inklusi keuangan