Minahasa, (Antara News) - Pelaksanaan festival Watu Pinawetengan yang digelar Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara, akan berdampak positif bagi pembangunan pariwisata di daerah itu.
Pengamat Ekonomi Sulawesi Utara (Sulut), Prof DR Octavianus Rondonuwu MEc, di Minahasa Kamis mengatakan, kegiatan itu dapat menarik wisatawan manca negara maupun domestik untuk datang ke daerah tersebut.
"Sebab melalui pagelaran tersebut, ditampilkan berbagai seni budaya daerah yang menjadi potensi pariwisata," kata Rondonuwu di sela-sela festival Watu Pinawetengan.
Kegiatan festival yang dilaksanakan di Kecamatan Tompaso, Minahasa tersebut antara lain menampilkan pagelaran upacara adat Watu Pinawetengan, Watu Tumotowa, pawai budaya dan gelar seni pertunjukkan.
Octavianus Rondonuwu juga Mantan Rektor Universitas Kristen Tomohon itu mengatakan, kegiatan itu dapat dijadikan suatu paket kunjungan wisatawan saat datang ke Sulut.
Sebab selain wisatawan dapat menyaksikan festival tersebut, juga bisa melihat potensi wisata lainnya seperti museum Watu Pinawetangan di kompleks Yayasan Seni Budaya Sulawesi Utara serta mengunjungi obyek wisata religius Bukit Kasih di Desa Kanonang, Minahasa.
"Sehingga ini dapat menjadi pusat pariwisata Sulut," kata Rondonuwu.
Menurut Rondonuwu, namun, pemerintah perlu membenahi infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung pariwisata tersebut, seperti sarana jalan diperlebar.
"Dengan infrastruktur mendukung, akan mendongkrak kunjungan wisatawan yang imbasnya bukan saja bagi daerah tetapi secara nasional," katanya.
Dia menambahkan, selain bagi pariwisata, festival itu juga akan memberikan dampak bagi pelestarian kesenian dan budaya yang dimiliki Minahasa.
Mantan Rektor IKIP Manado, Prof DR AE Sinolungan SH mengatakan, kegiatan itu dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik.
"Pada festival itu ditampilkan berbagai seni budaya khas yang dimiliki daerah tersebut, sehingga akan menarik wisatawan datang untuk melihat," kata Sinolungan.
Menurut Sinolungan, festival itu juga akan memacu kebangkitan seni budaya Sulut yang hampir hilang untuk dilestarikan.
"Kegiatan ini akan memberikan wawasan serta mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi muda," kata Sinolungan.
Pada pagelaran tersebut dilakukan berbagai atraksi seperti dialog budaya, pawai budaya dengan menampilkan kabesaran berkuda, musik bambu melulu, musik bambu klarinet, tari jajar, tari maengket, musik bia dan musik kolintang.
Serta juga ditampilkan kain tenun terpanjang didunia dengan panjang 101 meter tidak pernah putus yang mendapatkan 'guinnes book of record' pada tahun 2010.