Jakarta (ANTARA) - Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus akan ikut menyampaikan pesannya di perayaan 50 tahun Hari Bumi bergantian dengan puluhan aktivis, aktor, musisi, politisi dunia secara digital.
Presiden Earth Day Network Kathleen Rogers dalam keterangannya di situs resmi earthday.org untuk Hari Bumi diakses dari Jakarta, Rabu, mengatakan di masa masing-masing orang ingin memastikan di sekitarnya aman dan sehat saat pandemi, Hari Bumi adalah kesempatan penting untuk introspeksi hubungan individu dan kolektif dengan alami dan bagaimana kegiatan tersebut berdampak pada Planet Bumi.
Paus Fransiskus akan menyampaikan pesan videonya bersama dengan Sekretaris Eksekutif UN Climate Change Patricia Espinosa, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, pendiri 350.org Bill McKibben, Pangeran Albert II dari Monaco, musisi Jason Mraz, aktor Cody Simpson dan puluhan aktivis, advokat, musisi, politisi dunia lainnya yang dapat diakses di situs www.earthday.org.
Hari Bumi 2020 mengangkat tema aksi iklim. Tantangannya besar, tetapi peluang juga besar, untuk bertindak mengatasi perubahan iklim karena isu tersebut paling mendesak untuk topik peringatan 50 tahun.
“Progresnya telah melambat, impak perubahan iklim membesar, dan penentang (aksi iklim) kita mendapat pendanaan yang lebih baik,” ujar Rogers.
Perubahan iklim mewakili tantangan terbesar untuk masa depan kemanusiaan dan sistem pendukung kehidupan yang membuat Bumi layak huni. Namun di akhir 2020, negara-negara akan diminta untuk menaikkan komitmen mereka untuk Kesepakatan Paris atau Paris Agreement 2015 untuk perubahan iklim.
Sudah saatnya warga negara menyerukan ambisi global yang lebih besar untuk mengatasi krisis iklim kita. Kecuali setiap negara di dunia maju dengan urgensi dan ambisi, sebenarnya manusia menyerahkan generasi sekarang dan masa depan ke masa depan yang berbahaya, ujar Rogers.
Hari Bumi 2020, menurut dia, akan menjadi momen bersejarah ketika warga dunia bangkit bersatu untuk kreativitas, inovasi, ambisi dan berani untuk menghadapi krisis iklim dan merebut kesempatan yang besar sekali mencapai nol karbon di masa depan.
Dalam diskusi Suara Perempuan di Hari Bumi oleh Indonesian Center for Enviromental Law (ICEL), Associate Director Climate Policy Initiative Tiza Mafira mengatakan perlunya perubahan sistemik dengan menyatukan peta jalan ekonomi hijau ke dalam peta jalan pembangunan nasional.
Ada Rencana Aksi Nasional pengendalian Gas Rumah Kaca (RAN-GRK), Nationally Determined Contribution (NDC), dan komitmen iklim lainnya yang perlu menjadi peta jalan yang jadi satu dengan pembangunan. Sehingga setiap kegiatan pembangunan menjadi potensi untuk mengurangi emisi karbon.
“Belum tentu semua emisi bersumber dari kebakaran hutan dan lahan atau pembakaran batu bara. Bicara soal pembangunan infrastruktur, dari desain atau penggunaan panel surya atau materi bangunan dari daur ulang sehingga setiap kegiatan kita bisa dikaitkan dengan ekonomi hijau,” ujar dia.