Sulut, Tahuna (ANTARA) - Kepala Dinas Pangan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara Serny Maria Lalu mengatakan, sagu "Baruk" memberi peran sangat besar dalam memenuhi kebutuhan pangan di daerah itu, sehingga perlu dikembangkan lagi.
"Sagu Baruk yang dalam bahasa latin disebut 'Arenga microcarpha', memiliki peran sangat besar dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di Sangihe," kata Serny Maria Lalu di Tahuna, Jumat.
Menurut dia, sagu Baruk sangat tumbuh subur di wilayah Kepulauan Sangihe, sehingga dijadikan makanan utama oleh masyarakat setempat selain umbi-umbian.
Sebagai tanaman penghasil karbohidrat dalam bentuk pati basah sebanyak 43 Kg/pohon, atau dapat menghasilkan pati kering sekitar 25 Kg, sagu yang diolah masyarakat menjadi makanan pengganti nasi tidak hanya diminati masyarakat setempat tapi juga masyarakat Sulawesi Utara.
Sagu Baruk, kata dia, merupakan salah satu sumber pangan tradisional potensial yang dapat dikembangkan dalam diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan lokal dan nasional.
Bahan pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber pangan lainnya seperti beras, jagung, ubi kayu dan kentang.
Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luas wilayah 736,98 Km² memiliki potensi sumber pangan lokal komoditas spesifik yaitu tanaman sagu Baruk dengan luas lahan 1654,75 ha dengan hasil produksinya 2.144,70 ton/tahun.
Pada Bulan Agustus 2014, Kementerian Pertanian telah mensahkan hak kepemilikan sagu Baruk atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kepulauan
Sangihe.
Berkenaan dengan ini, kata dia, pemerintah kabupaten telah menetapkan "Kembalikan Sangiheku" melalui program dua hari seminggu tanpa makan nasi.
"Program ini mewajibkan masyarakat kembali makan makanan lokal termasuk sagu dan tidak mengkonsumsi nasi pada hari Selasa dan Jumat setiap minggu," kata dia.
Hasil analisis penangkal radikal bebas terhadap jenis tepung sagu Baruk menunjukkan bahwa persentase penangkal radikal bebas tepung sagu Baruk memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi sebesar 76,5 persen.
Dia berharap, masyarakat Kabupaten Sangihe terus membiasakan diri mengkonsumsi makanan lokal karena juga memiliki gizi yang tinggi dan sangat baik untuk kesehatan.