Manado, (AntaraSulut) - Uskup Manado, Josef Suwatan MSC mengajak anggota Wanita Katolik Republik Indonesia(WKRI) berefleksi tentang makna kehadiran organisasi di HUT WKRI ke-95 dan HUT ke-65 WKRI Sulut.
"Berefleksi tentang kehadiran WKRI serta mensyukuri semua yang telah dilalui sambil mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan," kata Uskup Suwatan khotbah misa peringatan HUT berlangsung di Pondok Emas Tateli, Sabtu.
Uskup Suwatan mengatakan, kehadiran WKRI telah memberi warna bagi perkembangan gereja dan masyarakat. Para anggota telah merasakan manfaat dari kegiatan yang dilakukan pengurus termasuk saat pengurus berkunjung pada anggota yang meninggal dunia dan menyematkan selendeng biru kepada anggota yang meninggal.
Anggota WKRI, kata Uskup perlu belajar dari Rasul Paulus yang menunjukkan dia bekerja dan termotivasi untuk membantu orang lain dan bukan untuk mencari untuk diri sendiri.
"Memberi bukan meminta," kata Uskup Suwatan MSC.
Uskup menyambut positif pelbagai makna dari peringatan HUT WKRI kali ini. Apalagi, memberi perhatian terhadap pembangunan di Seminari Pondok Emaus Tateli.
Penjabat Gubernur Sulut, Soni Sumarsono dalam sambutannya mengakui, makna positif dengan kehadiran WKRI bagi gereja dan masyarakat.
"Sejak didirikan sampai saat ini, WKRI secara konsisten telah mampu menunjukkan jati diri dalam memberikan penguatan bagi internal organisasi dan gereja yang bermuara pada daya dukung terhadap proses pembangunan bangsa dan negara," kata Gubernur dalam sambutan dibacakan Kaban Kesbangpol Sulut Edwin Silangen.
Ëksistensi pemenuhan peran dan tanggung jawab seperti inilah yang kemudian senantiasa dinanti dan dituntut pemenuhannya oleh daerah dan bangsa tercinta,â€tandas gubernur.â€
Diharapkan, momentum peringatan kali ini segenap pengurus dan anggota WKRI Sulut kembali merapatkan barisan, melakukan konsolidasi dan sinergitas serta tidak menutup diri terhadap berbagai tuntutan organisasi maupun dinamika masyarakat.
Memperingati HUT ke–91 Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) dan HUT ke 65 WKRI Sulawesi Utara, DPD WKRI Sulut menggelar berbagai kegiatan yang cukup meriah tapi sekaligus mengandung refleksi tentang keberadaan organisasi ini.
Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan Selvie Rumampuk, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan serangkaian dengan peringatan hari jadi tersebut. Yakni kunjungan kasih ke seminari Kakaskasen, kunjungan kasih ke desa Pandu, ziarah ke makam mantan – mantan Presidium WKRI yang diadakan beberapa waktu sebelumnya, lomba defile, lomba kesenian (selendang biru, vocal group dan koor) dan peragaan busana resmi WKRI) serta misa syukur yang diadakan Sabtu (10/10).
Tak kurang dari 8.500 anggota WKRI utusan 46 cabang (dari 50 cabang yang ada), sebut Selvi yang adalah juga Presidium 1 DD WKRI Sulut saat memberikan laporan, hadir pada peringatan kali ini yang mengangkat tema Dengan Semangat HUT ke – 91 dan 65 Tahun WKRI di Sulawesi Utara, Kita Mantapkan Karya Pelayanan untuk Gereja dan Masyarakat.
Pada misa syukur yang dipimpin Uskup Manado Mgr. Josef Suwatan MSC di dampingi 21 imam yang berlangsung di kompleks Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus, Sabtu (10/10), turut dihadiri Kaban Kesbangpol Sulut Edwin Silangen (mewakili Pj. Gubernur Sulut Soemarsono), Pdt. Cristin Batasina Rata (Pengurus BKOW Sulut), Youla Makarawung (Pembimaskat Kemenag Sulut) dan undangan lainnya.
Ketua Presidium DPD WKRI Sulut Ansje Lumentut menegaskan, setiap memperingati HUT organisasi, peneguhan komitmen bersama untuk merawat dan mewujudkan kemandirian organisasi yaitu terus – menerus menghidupi semangat dengan menyatakan kepedulian dan bela rasa terhadap yang terpinggirkan lewat kegiatan bakti social, kunjungan kasih, kegiatan kemitraan dan lain – lain. Ãni adalah wujud konkrit partisipasi organisasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,†tandas Ansje.
WKRI, tambah Ansje, juga merasa peduli terhadap perkembangan gereja. Oleh karena itu, tempat penyelenggaraan peringatan HUT diadakan di Seminari Pondok Emaus Tateli yang sedang menyelesaikan pembangunan gereja. Hasil dari kegiatan peringatan HUT berupa sumbangan semuanya adalah untuk membantu pembangunan di seminari yang dipimpin Pastor Dammy Pongoh Pr.
Mengakhiri seluruh rangkaian diadakan pengumuman dan penyerahan hadiah bagi pemenang lomba. Lomba defile dimenangi (secara berturut – turut) WKRI Cabang Paroki Woloan, Paroki Kakaskasen, Paroki HKY Tomohon, Paroki Kembes, Paroki Malalayang, Paroki Manembo – nembo.
Peragaan busana adalah Paroki Lembean, Katedral, Kotamobagu, Lotta, Rike, Airmadidi.
Lomba koor Paroki Kakaskasen, HTY Karombasan, HKY Tomohon, MRD Tomohon, Warembungan, Manembo - nembo
Lomba vocal group Paroki Katedral, MRD Tomohon, Rike, HKY Tomohon, Tikala, Roh Kudus Tomohon. Lomba selendeng biru Paroki Girian, HKY Tomohon, Rumengkor, Melongguane, Kali, Taratara.
Kepada peserta terbanyak dan terjauh diberikan hadiah juga. Peserta terbanyak Cabang Paroki Tompaso Baru, Woloan dan HKY Tomohon, sementara peserta terjauh diraih Cabang Paroki Melongguane, Mangaran dan Dumoga. Juara umum lomba adalah Cabang Paroki Hati Kudus Yesus Tomohon.-