"Infonya ada (ledakan)," kata Lurah Semper Barat Maryono saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Akibat ledakan granat tersebut, katanya, seorang warga penghuni kontrakan bernama Rahmat (19) mengalami luka-luka.
Ditemui di lokasi, Rahmat mengatakan menemukan granat kejut bertuliskan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Indonesia National Police) itu pada Selasa (27/9) terbungkus di pinggir Jalan Kawasan Berikat Nusantara (KBN).
"Awalnya saya nggak tahu kalau itu granat," ujar Rahmat.
Akan tetapi, ketika sedang diutak-atik, granat pun meledak.
"Pagi-pagi pas saya utak-atik tiba-tiba meledak," kata Rahmat.
Akibat ledakan ini, Rahmat terluka di telapak tangan kiri dan kaki sebelah kanannya.
Rahmat juga masih mengalami gangguan pendengaran karena terdampak langsung ledakan granat kejut tersebut.
Sementara itu, tampak aparat kepolisian dan TNI serta Satpol PP juga sudah melakukan pemeriksaan.
Tim Gegana juga terlihat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dari lokasi ledakan sampai ke titik ditemukannya granat kejut tersebut.
Informasi yang dikumpulkan ANTARA menyebutkan, granat kejut (stun grenade), atau disebut juga "flashbang", pada awalnya dirancang dan dibuat untuk dipakai Special Air Service Inggris.
Granat ini dirancang untuk membingungkan, atau mengalihkan perhatian musuh selama beberapa detik.
Granat jenis ini yang paling banyak ditemui adalah granat kejut M84, yang diberi julukan "flashbang" karena menghasilkan cahaya membutakan (6-8 juta Candela) dan ledakan yang keras (170-180 desibel).
Ketika meledak, granat tersebut tetap utuh tanpa menghasilkan serpihan. Granat ini berbentuk tabung segi enam besi dengan lubang untuk pengeluaran ledakan cahaya dan bunyi.
Pengisinya adalah 4,5 gram peledak campuran oksida logam magnesium dan amonium perklorat atau potasium perklorat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ledakan diduga dari granat kejut terjadi di permukiman Jakarta Utara