Manado (ANTARA) - Limbah abu pembakaran batu bara atau Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN kini telah digunakan sebagai material untuk membangun rumah, jalan, hingga jembatan. Pemanfaatan FABA dapat menekan biaya hingga 50 persen dibanding menggunakan material konvensional.
Saat ini FABA telah digunakan untuk membangun 18,8 kilometer jalan, 2 jembatan hingga 3.000 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memanfaatkan FABA untuk berbagai keperluan.
Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Yusuf Didi Setiarto menjelaskan, untuk mencapai target Carbon Neutral pada tahun 2060, penanganan FABA menjadi perhatian bersama pemerintah dan PLN. FABA yang bukan merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.
“Melalui sinergi dengan BUMN, Pemda, TNI, Polri, dan masyarakat luas, kami bergotong royong memberi nilai tambah FABA bagi kebutuhan rakyat. Membangun jalan, rumah, sarana prasarana serta mendorong energi hijau untuk hidup yang lebih baik,” ujarnya dalam Pembukaan FGD Pemanfaatan FABA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkuler dan Green Economy Berbasis Keterlibatan Masyarakat yang digelar oleh anak usaha PLN yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan PT Energy Management Indonesia (EMI) di Sleman, Yogyakarta.
Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sarwono Kusumaatmaja mengapresiasi langkah PLN Group yang melibatkan masyarakat dalam mengoptimalkan penggunaan FABA untuk beragam kebutuhan. Pemanfaatan FABA sebagai ekonomi sirkuler merupakan contoh kreativitas menghadapi krisis agar bisa bertahan.
“Ekonomi sirkuler adalah kegiatan berlangsung melingkar di mana ketika satu produk tercipta dan menghasilkan limbah, maka limbah itu dimanfaatkan kembali untuk menciptakan produk lain. Dengan demikian kemajuan perusahaan dan jumlah lapangan kerja baru yang luar biasa akan tercipta,” tutur Sarwono.
Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. menyarankan perlu segera menggelar seminar nasional agar pemanfaatan FABA dilakukan masyarakat secara lebih luas dan masif. Langkah ini dilakukan untuk mendorong ekonomi sirkuler dalam menunjang ekonomi hijau dan ketahanan pangan. Apalagi ke depan dengan semakin berkurangnya sumber daya alam maka pupuk berpotensi semakin langka.
“FABA sebagai alternatif pupuk ini perlu disosialisasikan ke petani secara luas. Ada abu atau debu kok bisa menjadi pupuk, terus bagaimana pemanfaatan lainnya selain untuk pupuk misalnya untuk pemberdayaan UMKM lainnya juga harus dipahami dan diterapkan oleh masyarakat,” jelasnya.
Senada Pangkogabwilhan II Marsekal Madya TNI Imran Baidirus menyatakan mendukung penuh pemanfaatan FABA. Ia juga akan menggunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya.
“Saya usul disusun juga komposisi standar penggunaannya, bagaimana metode/caranya membuat pupuk. Jadi memudahkan masyarakat pengguna tanpa coba-coba,” sambung Imran.
Secara daring, acara ditutup dengan penanaman tanaman pangan dan bioenergi sebagai langkah nyata upaya sirkuler ekonomi dalam menunjang program ekonomi hijau dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo pada berbagai kesempatan.
Berita Terkait
BNPB: Sekitar 9-12 ribu warga radius tujuh kilometer harus diungsikan
Jumat, 3 Mei 2024 4:58 Wib
Wagub sebut hampir 400 ribu pekerja di Sulut dilindungi asuransi
Kamis, 2 Mei 2024 21:57 Wib
Harga emas Antam turun sekitar Rp15 ribu/gram
Rabu, 1 Mei 2024 10:25 Wib
Pemprov Sulawesi Utara lindungi ratusan ribu pekerja rentan melalui BPJAMSOSTEK
Jumat, 26 April 2024 5:29 Wib
Perusahaan Jepang di Indonesia serap 10 ribu pekerja magang
Jumat, 15 Maret 2024 13:33 Wib
Produksi padi petani Sulut 2023 capai 238,19 ribu ton GKG
Sabtu, 2 Maret 2024 12:52 Wib
Samsung Galaxy Fit3 hanya dijual Rp799 ribu, lihat keunggulannya
Senin, 26 Februari 2024 16:12 Wib
Menko Airlangga: Anggaran makan siang gratis kisaran Rp15 ribu/anak
Senin, 26 Februari 2024 16:09 Wib