Kota Manado (ANTARA) - Perayaan Natal dan Tahun Baru sudah di depan mata. Biasanya warga akan merayakan Natal dengan spesial memasak sesuatu yang lebih dari hari biasanya.
Tokoh masyarakat Sulut Irjen Pol(Pur) Dr Benny Mamoto SH MSi yang juga merupakan Yaki Ambasador Indonesia mengimbau warga Sulawesi Utara untuk memperhatikan menu khususnya daging yang akan dihidangkan di perayaaan istimewa ini.
"Tidak salah memilih daging tapi sebaiknya hindari daging satwa liar apalagi yang sudah terancam punah dan dilindungi seperti Yaki atau Macaca nigra," katanya.
Sebagai pegiat lingkungan yang juga menjabat sebagai ketua harian Komisi Polisi Nasional ( Kompolnas) dirinya mengimbau warga lebih bijak memilih daging dengan menjatuhkan pilihan pada daging lain seperti daging ayam, babi atau sapi sebagai pengganti daging satwa liar.
Selaras dengan Mamoto, Program Selamatkan Yaki yang konsisten bergerak dalam upaya konservasi, penelitian dan pendidikan yang fokus utama untuk mempertahankan sisa populasi yaki yang sudah terancam punah mengimbau warga lebih peduli terhadap yaki dan satwa endemik Sulawesi yang juga sudah mulai jarang terlihat dalam kebun-kebun warga.
Padahal satwa liar sangat berperan dalam keseimbangan eksosistem alam. Kalau satu saja yang terganggu maka berbahaya bagi kehidupan kita.
Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki, Purnama Nainggolan SP mengatakan bahwa warga seyogianya bangga akan adanya satwa liar apalagi satwa yang hanya ada di Sulawesi atau disebut endemic Sulawesi. "Rasa bangga dan peduli akan melahirkan kerja sama yang kuat untuk terus menjaga keberadaan satwa ini apapun tantangan yang dihadapi," kata Purnama.
Seorang pemburu lestari dari desa Pinangunian Kota Bitung, Dendi Karundeng mengatakan dirinya dahulu adalah pemburu segala satwa di hutan. Namun sudah beberapa tahun ini dia berubah dan malah menjadi pembawa pesan lestari di kampungnya bahkan juga kampung-kampung lainnya. Dirinya juga sepakat menyampaikan bahwa adalah bijak tidak makan dan bahkan tidak memburu satwa liar yang sudah langkah, sudah jarang dan ataupun sudah dilindungi.
Beberapa waktu lalu, Ketua Sinode GMIM Pdt DR Hein Arina, STh pernah juga memberikan statemennya kepada Program Selamatkan Yaki, untuk meminta umat agar tidak mengonsumsi satwa liar terancampunah dan dilindungi.
"Saya mengimbau kepada seluruh warga GMIM untuk menjaga satwa liar karena itu juga ciptaan Tuhan yang seharusnya kita lindungi keberadaannya," kata Arina.