Minahasa Tenggara (ANTARA) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Minahasa Tenggara Sulawesi Utara, Muchtar Wantasen mengatakan produksi sampah organik di daerah tersebut sudah bisa terkendali.
"Saat ini produksi sampah organik khusus dari rumah tangga mulai menurun dan dapat dikendalikan," kata Muchtar Wantasen di Ratahan, Senin.
Dia mengungkapkan, hal tersebut dipengaruhi dengan mulai banyaknya masyarakat yang mengelola sampah organik menjadi pupuk.
"Pengolahan sampah organik oleh masyarakat menggunakan alat pengolahan sampah organik diyakini menjadi salah satu faktor pendukung menurunnya produksi sampah organik," katanya.
Dia menuturkan, pihaknya selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar mengolah sampah secara mandiri untuk mengurangi volume sampah di daerah tersebut.
"Upaya ini sangat membantu, sehingga kami imbau agar warga terus memanfaatkan komposter tersebut,” ujarnya.
Ia menjelaskan sampah organik adalah barang yang sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik atau pemakai sebelumnya, seperti sisa kulit buah, makanan, dedaunan, dan lainnya.
"Sementara beberapa sampah organik masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar, seperti digunakan untuk pakan ternak," jelasnya.
Selain itu menurutnya, sampah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos atau pupuk organik).
Sementara itu pegiat lingkungan hidup di Minahasa Tenggara, Marvel Pandaleke mengungkapkan, masyarakat harus terus diberikan pemahaman terkait dengan pengelolaan sampah, khususnya sampah dari rumah tangga.
"Kurangnya pemahaman masih ada di masyarakat terkait bagaimana mereka mengelola sampah rumah tangga. Sehingga masih banyak juga sampah yang dibuang sembarangan," katanya.
Ia menambahkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan harus menjadi perhatian dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan.