Manado (ANTARA) - Penjabat menteri luar negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi menginginkan hubungan yang baik dengan negara-negara dunia, tetapi menolak membuat komitmen tegas bagi pendidikan anak perempuan.
Komitmen itu dituntut oleh dunia internasional agar Taliban mengizinkan semua anak Afghanistan kembali bersekolah.
Hampir dua bulan sejak kejatuhan pemerintah yang didukung Barat, pemerintahan baru Taliban berupaya membangun hubungan dengan negara lain untuk membantu mencegah krisis ekonomi dahsyat di Afghanistan.
"Masyarakat internasional harus mulai bekerja sama dengan kami. Dengan begitu kami akan mampu menghentikan kondisi tidak aman dan pada saat yang sama kami akan bisa terlibat secara positif dengan dunia," kata Muttaqi dalam acara yang diselenggarakan oleh Center for Conflict and Humanitarian Studies di the Doha Institute for Graduate Studies, Senin (11/10).
Namun, sejauh ini Taliban menolak mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah menengah.
Itu adalah salah satu tuntutan utama masyarakat internasional kepada Taliban, setelah keputusan kelompok tersebut bulan lalu untuk membuka kembali sekolah menengah hanya untuk anak laki-laki.
Muttaqi mengatakan pemerintah Taliban bergerak dengan hati-hati tetapi baru berkuasa selama beberapa minggu, sehingga tidak dapat diharapkan untuk menyelesaikan reformasi yang belum dapat diterapkan oleh masyarakat internasional dalam 20 tahun.
"Mereka memiliki banyak sumber keuangan dan mereka memiliki dukungan internasional yang kuat, tetapi pada saat yang sama Anda meminta kami untuk melakukan semua reformasi dalam dua bulan?" kata dia.
Pemerintahan baru telah mendapat kecaman terus-menerus atas pendekatannya terhadap pendidikan anak perempuan, yang dianggap sebagai salah satu dari sedikit keuntungan positif dari keterlibatan Barat selama dua dekade di Afghanistan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan Taliban telah melanggar janji untuk menjamin hak-hak perempuan dan anak perempuan. Menurut Guterres, tidak mungkin ekonomi dapat diperbaiki jika perempuan dilarang bekerja.
Muttaqi mengulangi seruan agar Amerika Serikat mencabut pembekuan cadangan bank sentral Afghanistan senilai lebih dari 9 miliar dolar AS (sekitar Rp128 triliun) yang disimpan di luar negeri.
Namun, ia mengatakan pemerintah masih memiliki pendapatan sendiri dari pajak, tarif bea cukai, dan pertanian jika dana tersebut tetap dibekukan.
Dia mengatakan pasukan Taliban memiliki kendali penuh atas Afghanistan dan mampu mengendalikan ancaman dari militan ISIS yang telah mengklaim serangkaian serangan mematikan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pemboman pekan lalu di sebuah masjid Syiah di kota utara Kunduz.
Lebih lanjut Muttaqi mengatakan bahwa tekanan internasional terhadap pemerintahan Taliban justru membantu perjuangan ISIS.
"Alih-alih menekan, dunia harus bekerja sama dengan kami," ujar dia.
Sumber: Reuters