Manado (ANTARA) - China adalah "penjahat berat" yang berniat menggertak Taiwan dan tidak memiliki hak untuk menentang atau mengomentari upaya Taiwan untuk bergabung dengan pakta perdagangan pan-Pasifik, kata pemerintah Taiwan.
Pernyataan itu disampaikan dalam perang kata-kata yang meningkat antara Taipei dan Beijing terkait keputusan kedua pihak untuk mengajukan diri bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Taiwan -- yang diklaim oleh China sebagai bagian wilayahnya -- pada Rabu (22/9) mengatakan bahwa pihaknya telah secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan CPTPP, kurang dari seminggu setelah China mengajukan permohonan serupa.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya menentang Taiwan "memasuki perjanjian atau organisasi resmi".
Sementara pada Kamis (23/9), Taiwan mengatakan China mengirim 24 pesawat militer ke zona pertahanan udara pulau tersebut.
Tindakan itu dipandang oleh Taipei sebagai bagian dari suatu pola upaya pelecehan yang hampir setiap hari dilakukan oleh China.
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam, departemen luar negeri Taiwan mengatakan China "tidak punya hak untuk berbicara" tentang pengajuan Taiwan untuk bergabung CPTPP.
"Pemerintah China hanya ingin menggertak Taiwan di komunitas internasional, dan (China) merupakan penjahat utama dalam peningkatan permusuhan di Selat Taiwan," kata deplu Taiwan.
China bukan anggota CPTPP dan sistem perdagangannya secara luas dipertanyakan secara global karena tidak memenuhi standar tinggi blok trans-Pasifik, bunyi pernyataan deplu Taiwan.
China mengirim angkatan udaranya untuk mengancam Taiwan tak lama setelah Taiwan mengeluarkan pengumuman soal pengajuan untuk bergabung denga CPTPP, kata deplu.
"Pola perilaku ini hanya bisa datang dari China," kata deplu Taiwan.
Menurut Taiwan, China menentang Taiwan menggunakan perdagangan untuk memaksakan "ruang internasionalnya" atau menjalankan tindakan-tindakan yang mengarah pada kemerdekaan, tambah departemen tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang juga dikeluarkan pada Kamis malam, Kantor China untuk Urusan Taiwan mengatakan masuknya China ke CPTPP akan menguntungkan pemulihan ekonomi global pascapandemi.
"Kami berharap negara-negara menangani hal-hal terkait Taiwan dengan tepat dan tidak memberikan kemudahan atau menyediakan platform untuk kegiatan kemerdekaan Taiwan," kata kantor China itu.
Perjanjian tersebut, yang dimulai dengan 12 anggota awal dan sebelumnya dikenal sebagai Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), dipandang sebagai alat penyeimbang ekonomi yang penting terhadap pengaruh China yang semakin besar.
Namun, TPP berada dalam ketidakpastian pada awal 2017 ketika Amerika Serikat yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump mengundurkan diri dari TPP.
Kemitraan itu, yang kemudian berganti nama menjadi CPTPP, menghubungkan Kanada, Australia, Brunei, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam.
Sumber: Reuters