Manado (ANTARA) - Harga minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) setelah stok minyak mentah AS turun ke level terendah dalam tiga tahun karena aktivitas penyulingan pulih dari kerusakan akibat badai baru-baru ini, sementara permintaan bahan bakar meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November terdongkrak 1,74 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup di 72,23 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November melonjak 1,83 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi menetap di 76,19 dolar AS per barel.
Meskipun angka ekonomi AS terhuyung-huyung baru-baru ini dari, permintaan bahan bakar secara keseluruhan telah pulih ke tingkat pra-pandemi. Produk yang dipasok selama empat minggu terakhir telah mencapai hampir 21 juta barel per hari, tidak jauh dari tertinggi 2019.
Persediaan minyak mentah AS pekan lalu merosot 3,5 juta barel menjadi 414 juta barel, terendah sejak Oktober 2018, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (22/9/2021).
"Harga minyak mentah tetap didukung karena permintaan pulih di seluruh dunia dan persediaan terus berkurang," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Fasilitas minyak di Teluk Meksiko terus kembali berproduksi, dengan produksi mingguan naik 500.000 barel per hari dalam minggu terakhir menjadi 10,6 juta barel per hari, kata EIA. Perusahaan minyak dan gas BP pada Rabu (22/9/2021) mengatakan keempat fasilitas lepas pantainya di wilayah tersebut telah kembali beroperasi setelah Badai Ida, dihidupkan kembali dan berproduksi pada 12 September.
Juga mendukung harga adalah kesulitan oleh anggota OPEC yang berjuang untuk meningkatkan produksi. Kenaikan harga di pasar lain seperti gas alam juga mendukung minyak, dengan kekurangan pasar energi menyebabkan krisis pasokan di Eropa dan Asia.
"Mengingat berbagai faktor pendukung di ruang energi, terutama harga gas alam yang sangat tinggi ... penurunan harga saat ini kemungkinan akan berumur pendek," kata Jeffrey Halley, seorang analis di broker OANDA.
Menteri perminyakan Irak mengatakan OPEC dan sekutunya bekerja untuk menjaga harga minyak mentah mendekati 70 dolar AS per barel karena ekonomi global pulih, kantor berita milik negara INA melaporkan pada Rabu (22/9/2021).
Federal Reserve AS, yang memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa (21/9/2021), mengisyaratkan kenaikan suku bunga mungkin mengikuti lebih cepat dari yang diperkirakan. Pengetatan kebijakan moneter dapat memotong toleransi investor terhadap aset-aset berisiko seperti minyak.
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib