Manado (ANTARA) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan secara historis erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro sudah lazim mengeluarkan awan panas.
"Jadi sudah tepat langkah Gubernur Sulawesi Utara (mengevakuasi warga Pulau Ruang) karena memang ini daerah sangat berbahaya," kata Hendra di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Jumat.
Dia mengatakan pemantauan terhadap gunung api di Pulau Ruang tersebut dilakukan melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang ada di Desa Tulusan.
"Gunung Ruang memiliki tinggi 725 meter yang tampak di atas permukaan laut, namun sesungguhnya di bagian bawah laut kita belum ketahui," ujar Hendra.
Dia menjelaskan personel sudah memantau aktivitas Gunung Ruang sebelum kenaikan krisis yang terjadi pada tanggal 17 April 2024.
"Rangkaian erupsi Gunung Ruang ini sudah sejak tahun 1800-an dan setiap terjadi letusan ada awan panas. Karena itu memang harus disadari bahwa karakter Gunung Ruang sudah seperti itu (mengeluarkan awan panas," katanya.
Dari sisi jeda aktivitas, kata Hendra, bervariasi karena erupsi terjadi setelah jeda harian, bulanan, hingga tahunan, sangat beragam.
"Tapi artinya, kita yang harus berhati-hati, terbukti bahwa kemarin hanya jeda beberapa hari, tapi kemudian muncul lagi letusan. Mungkin ke depan hal ini yang harus diantisipasi bahwa kita lebih baik hati-hati. Kemarin setelah turun aktivitasnya, tiba-tiba erupsi, bahkan lebih besar," ucap Hendra.
Gunung Ruang di Pulau Ruang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, erupsi terakhir tahun 2002 dan selang 22 tahun kembali erupsi tanggal 16 April 2024.
Setelah beberapa hari erupsi aktivitas vulkaniknya mulai menurun, namun sebelum meletus lebih hebat tanggal 30 April 2024 sudah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan yang signifikan.