Manado, (AntaranewsSulut) - Bagi warga Minahasa khususnya dan daerah etnis Tombulu dan daerah lainnya di Sulut, pasti mengenal dan bahkan bisa menyanyikan dengan baik lagu Opo Wananatas. Lagu bernuansa rohani yang liriknya menceritakan tentang hubungan manusia dan Tuhan Sang Pencipta, sering dinyanyikan dalam pelbagai kesempatan bernuansa rohani dan syukur atas berkat kehidupan yang kita terima.
Namun kendati lagu ini sudah melegenda, tetapi tak banyak orang yang tahu siap pencipta lagu tersebut sebenarnya. Yah dialah, Johanis Ngangi.
Johanis Ngangi, putra Tonsea Lama dilahirkan 18 Januari 1912. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Guru Normalschool Katolik Tomohon, kemudian dia membaktikan dirinya sebagai guru di berbagai Sekolah Dasar, pada 1933-1935 guru SR Katolik, Sarongsong, 1935-1937 guru SR Katolik, Kawilei-Tonsea, 1937-1940 guru SR Katolik Pangolombian, 1940-1942 Leer School RK Tomohon, 1942-1945 guru DAI ICHI, 1945-1946 Sekolah Gouvernement Tombaria, 1946-1947 SR Umum Tataaran, 1947-1948 SR Lahendong, 1948-1949 Katolike Leer School, Tomohon, 1949-1952 SR Umum Lahendong, 1952-1957 Penilik Pendidikan Masyarakat kewedanan Toulour, Tondano, Pada 1 Agustus 1957 diangkat menjadi Kepala Pendidikan Masyarakat Kecamatan Tomohon dan 1 Juli 1971 menerima Beslit Pensiun dari Dept. P & K.
Bidang pemerintahan periode 1960-1964 Anggota DPRD Gotong Royong Tingkat Propinsi Sulawesi Utara-Tengah dan Anggotta DPRD Tingkat II, Minahasa, 1964-1966 sebagai Anggota BPH (Badan Pengurus Harian) Bidang Pemerintahan Dati II Minahasa, Tahun 1966-1971 Masa jabatan ke II sebagai anggota BPH Dati II Minahasa dan 17 Februari 1970 ditunjuk sebagai Wakil Ketua Panitia Pemilihan Umum 1971 Dati II Minahasa.
Di bidang Kemasyarakatan. periode 1939-1942 dan 1940-1942 aktif dalam pembinaan anak-anak remaja sebagai pemimpin dalam kepanduan (padvinderig)
Periode tahun 1945-1952, Aktif dalam Pergerakan Pemuda Katolik(PPK) Vikariat Manado dan duduk sebagai anggota lembaga Pemuda Katolik.
Johanis juga tercata sebagai staf redaksi majalah Rangkaian Pemuda Katolik.
Beliau juga sebagai salah satu tokoh pendiri Pemakat (Pendirian Masy.Kat)
Periode tahun 1952-1969 Sebagai ketua PGK(Persatuan guru Kat), Sebagai salah satu tokoh pendiri Sekolah Don Bosco Tomohon.
Johanis Ngangi kemudian pensiun sebagai pengajar di tahun 1970 pada usia 58 tahun.
Johanis Ngangi memperistri seorang putri asal Kamasi Tomohon, bernama Bonifasia Mandagi, setelah hidup beberapa lama di kampung asal istri, mereka hijrah ke Walian, yang masih masuk wilayah Tomohon.
Dari delapan anak Johanis Ngangi diperoleh cucu-cucu yakni Sizy Warbung, Dr Ir Charles Ngangi MS, Debby Ngangi, Ir Riko Ngangi, Petty Ngangi SS, Dr Ir Edwin Ngangi MSi Marcy Ngangi SPi, Tonny Ngangi, Randy Mondong, Linda Mondong, Alvin Sarayar SE, Alva Sarayar ST MSc, Alcy Sarayar SE, Allan Sarayar, Valerino Ngangi SE, Gregori Runtunuwu ST, Arlette Runtunuwu SE dan Priscilla Moreau.
Dan pada 12 Nopember 1982, di Desa Walian-Tomohon, Johanis Ngangi meninggal dunia dan menghadap Opo Wananatas yang telah dipuja-pujinya melalui Lagu yang amat indah dan memiliki nuansa rohani yang mendalam ini.
Selain Lagu Opo Wananatas, Johanis Ngangi juga banyak menciptakan lagu-lagu untuk Pergerakan Pemuda Katolik di era 1937-1942, sebelum Jepang masuk Minahasa, diantaranya Madjoelah Pemoeda Kaoem Maesa, Di Bawah bendera Jang Berkibar, Baersatoe Padoe, . Mencipta lagu-lagu Rijdans antara lain dibawah Bendera, Jang erat ikatan moe, Sobat, lili eja, Sa si endo dll.