Manado (ANTARA) - Junaidi, pria berkaca mata kelahiran Salutubu/Luwu, 22 Juli 1964 ini punya filosofi hidup yang cukup kuat. 'Jangan membenarkan yang biasa, tetapi biasakan yang benar'.
Filosofi hidup inilah yang dijadikan kompas penuntun arah perjalanan hidupnya hingga menggapai jabatan mentereng di Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian sebagai Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan.
Filosofi inilah yang kelak menuntunnya total mengabdikan dirinya bekerja penuh dedikasi.
Dia bercerita, sebelum meniti karir di Kementerian Pertanian, dirinya pernah menjadi petugas lapangan di Perusahaan Monsanto asal Amerika Serikat.
Di bawah kepemimpinan Junaidi, Pusat Kepatuhan, Kerjasama, dan Informasi Perkarantinaan mendapatkan anugerah penghargaan system kearsipan.
Pusat KKIP Barantan menempati peringkat teratas dalam hasil audit system kearsipan internal kementerian pertanian tahun 2023 dengan nilai 95,78 dengan predikat sangat memuaskan.
Peraih Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya XXX tahun ini berpesan, jika ingin menjadi pemimpin, pertama, harus adaptif, selalu mengikuti perubahan.
Kedua, Agile, harus lincah, setiap saat harus bisa mengikuti perubahan yang terjadi, baik aspek fisik, mobilitas, cara berpikir, maupun pemecahan masalah.
Cegah tangkal hama penyakit hewan dan tumbuhan, perjalanan karir Junaidi melakukan penahanan dan pemusnahan benih padi illegal dan cabai asal Cina dilakukan karena ditemukan bakteri Erwinia chrysanthemi.
Selan itu, proses mitigasi penyebaran penyakit African Swine Fever (ASF) juga terus dilakukan guna melindungi Sulawesi Utara bebas dari penyakit hewan tersebut.
Junaidi yang juga seorang PPNS bersama timnya mengelola sistem SIWASDAK (Sistem Informasi, Pengawasan dan Penindakan) terhadap semua pelaksanaan tindakan karantina 3P, yaitu Penahanan, Penolakan, dan Pemusnahan. Dalam sistem ini dapat dilakukan tracing baik internal maupun eksternal.
Untuk Bidang Kerjasama, menurut Junaidi sudah sangat maju dengan berbagai capaian jumlah kerja sama yang dilakukan oleh karantina dengan instansi terkait yang memiliki irisan tugas dengan karantina di lapangan, kerja sama yang sebelumnya hanya bersifat nasional, semakin mendunia dan bersifat internasional baik bilateral maupun regional.
Inovasi terus dilakukan khususnya pada Bidang Informasi, melalui Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian sejak 1 Februari 2023, seluruh layanan perkarantinaan dimandatorikan menjadi paperless.
Tahun 2008, saat menjabat Kepala Stasiun Karantina Tumbuhan Balikpapan pernah melakukan pemusnahan puluhan ribu bibit sawit illegal dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian guna kelancaran proses penyelidikan.
Begitupun dengan penahanan dan pemusnahan komoditas pertanian yang berasal dari luar negeri yang masuk ke Bandara Internasional di Balikpapan, khususnya buah-buahan yang berpotensi membawa hama lalat buah yang belum ada di Indonesia.
Ketika kembali bertugas di Makassar tahun 2011, dirinya menjadi Kepala Bidang Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, dirinya turut serta dalam proses penahanan 330 ton kedelai impor asal Amerika latin yang terindikasi membawa berbagai jenis penyakit tumbuhan dan mengamankan lima container gandum yang berpotensi membawa patogen Tilletia indica yang berasal dari Pakistan.
Proses menjadi seorang karantinawan sejati terus berlanjut, pada tahun 2013 saat menjabat sebagai Kepala Balai Karantina Pertanian Palu, dirinya meraih penghargaan meliputi piagam abdi bakti tani dari kementerian pertanian sebagai wujud pelayanan publik yang berkualitas dan penganugerahan predikat kepatuhan standar pelayanan publik dari Ombudsman RI.
Perlindungan sumber daya hayati terus berlanjut dengan dilakukannya penahanan puluhan ribu benih sawit asal Sumatera Utara yang masuk melalui bandara lalu dilakukan koordinasi dengan dinas perkebunan setempat.
Pemusnahan media pembawa berupa benih tomat dengan jumlah jutaan tidak luput dari perhatiannya, benih tersebut hasil temuan di lapangan dan setelah dilakukan pengujian terinfeksi patogen Clavibacter michiganensis yang dapat menurunkan produksi pertanian di Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2016, Junaidi menjabat sebagai Kepala Balai Karantina Pertanian Manado. Ombudsman RI setempat menghimbau kepada instansi lainnya agar menjadikan Karantina Pertanian Manado sebagai contoh penyelenggaraan pelayanan publik.
Selain itu, nilai ekspor komoditas pertanian Sulawesi Utara yang mencapai Rp1 triliun mendapat apresiasi langsung dari Kementerian Pertanian. Di bawah kepemimpinannya, Karantina Manado meraih empat penghargaan di antaranya guarantine award, piagam penghargaan adibaktitani, apresiasi kinerja UPT 2016 lingkup Badan Karantina Pertanian.
"Kenapa saya ingin menjadi PNS Kementan?, jawabnya, "Ingin memberikan sumbangsih yang terbaik bagi negara dan mengabdikan diri untuk memajukan pertanian di Indonesia sesuai dengan latar belakang pendidikan di masa kuliah."
Bekerja di Kementan, kata Sarjana Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar dan Pascasarjana Magister Manajemen STIE ABI Surabaya itu, memiliki keistimewaan tersendiri.
"Etos kerja selalu terpacu oleh semangat yang diberikan pimpinan khususnya Menteri Pertanian. Selain itu perasaan bahagia ketika dapat membantu para pejuang pangan yaitu para petani melalui implementasi kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kementan," katanya.
Bekerja di Barantan sebut CPNS / III.a tahun 1991 itu, memiliki keistimewaan tersendiri karena dituntut menjaga kedaulatan negara dari ancaman hama penyakit hewan dan tumbuhan yang berasal dari luar negeri agar tidak mengganggu produktivitas pertanian.
"Memang selama meniti karir di Kementan atau Barantan harus membagi fokus antara kerja dan keluarga. Terkadang harus mengorbankan waktu bersama keluarga apalagi ketika ditugaskan jauh dari kampung halaman," ujarnya.
Dia punya optimisme membawa Barantan melalui Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan, Barantan meningkatkan kepatuhan dan kesadaran masyarakat pentingnya melapor kepada petugas karantina jika melalulintaskan hewan, tumbuhan maupun produk turunannya.
Bahkan secara internal akan selalu menjaga agar nama baik institusi tidak tercemar oleh perilaku oknum yang tidak melaksanakan tugas dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ketika ditanya apa prioritas yang akan dilakukan untuk masa depan perkarantinaan, Junaidi mengatakan, "Peningkatan kualitas SDM karantina baik tingkat pendidikan maupun memperbanyak bimbingan teknis khususnya laboratorium dan metode perlakuan karantina. Hal ini penting agar setiap petugas karantina memiliki kompetensi yang diakui baik lembaga dalam negeri maupun otoritas karantina negara lain."
Meski aktivitas kesehariannya menguras energi dan waktu, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado periode 2016-2020 itu masih menyempatkan diri mengisi seminar/bimtek maupun kuliah umum jika mendapat undangan dari institusi pendidikan karena hal ini akan menciptakan proses diskusi yang berpengaruh terhadap update ilmu pengetahuan.
"Saya juga mengisi waktu setiap hari dengan berolahraga dan juga berkebun. Berkebun akan selalu memiliki rasa empati terhadap kerja keras petani sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab dalam membangun dan memajukan pertanian Indonesia," katanya menambahkan.
Junaidi mengakui sukses membangun karir di Kementerian Pertanian/Barantan punya andil dari keluarga yang menyokongnya.
Bersama istri Ir. Misbah Djamhur, dan anak-anak St. Aisyah Alhumaerah, S.Ked (almarhumah), St. Husnul Chotimah, SH (PNS), Muhammad Fajrul (mahasiswa) dan Achmad Firmansyah (mahasiswa), selalu memberi warna bagi pria 'humble' dan penuh ilmu ini.
Junaidi merupakan karantinawan sejati yang militan menjaga dan melindungi NKRI sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.