Nama Batu Dinding belum dikenal luas masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) apalagi hingga mancanegara, padahal lokasi tersebut menyimpan berbagai ragam keindahan nan elok serta potensi wisata menarik yang bisa "dijual".
Batu Dinding yang terletak di desa Kilotiga (K3), Amurang, Minahasa Selatan, hanya berjarak 60 km dari Manado, dan sangat mudah dijangkau dengan kendaraan.
Warga Minahasa menilai Batu Dinding bisa disandingkan dengan berbagai lokasi wisata alam dunia, karena memiliki keajaiban dan fenomena alam yang tidak pernah dilihat ditempat lain.
Batu Dinding adalah sebuat bukit batu berbentuk dinding, berdiri lurus sekitar 200 meter. Keterjalan Batu Dinding menjadikan lokasi ini menjadi tempat favorit pendakian pencinta alam.
Dari bagian atas bukit yang keras dan terjal itu, pelancong bisa menyaksikan ribuan hektar perkebunan yang hijau dan pemandangan indah.
Di penjuru utara dan timur membentang luas perairan laut Amurang yang elok.
Pada pagi hari, lokasi Batu Dinding menyimpan hawa sejuk serta gelembung awan. Warga Amurang menganggap fenomena alam itu adalah ciptaan Tuhan yang terbaik.
Sejumlah warga disekitar lokasi Batu Dinding menilai, potensi alam itu masih dianggap terbaik di Sulawesi Utara, karena ada kemiripan dengan keajaiban dunia di bukit-bukit tinggi daratan Amerika.
"Karena tidak ada perhatian pemerintah, Batu Dinding hanya sebuah batu tanpa ada arti, padahal banyak warga mengunjungi tempat itu," ujar Teddy Ruasey, tokoh masyarakat Desa K3, Kecamatan Amurang Barat.
Warga di wilayah Batu Dinding enggan meminta retribusi atau biaya kunjungan, karena merasa tidak pernah berbuat apa-apa dengan tempat wisata alam itu.
Apalagi tebing tinggi sudah terbentuk sejak ribuan tahun lamanya.
Warga mengakui, seringkali beberapa mahasiswa dan kelompok pencinta alam melakukan pendakian di Batu Dinding, dan meninggalkan biaya untuk membantu "memoles" atau pugar kembali tempat itu agar tidak kelihatan rusak atau jorok.
"Ada juga rumput-rumput atau ilalang yang tumbuh disela batu-batu, sehingga nampak dari jauh seperti hutan," ujar Ulaan, salah satu warga K3.
Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan lamban memberi perhatian pada kondisi alam yang menyimpan keindahan itu. Hanya warga yang menjaga dan melestarikan Batu Dinding.
Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Minahasa Selatan, Ferry Lengkong, pemerintah akan berupaya mencari jalan keluar mengurusi lokasi wisata Batu Dinding, agar mampu dijual pada wisatawan mancanegara dan domestik.
"Nanti ada kebijakan pemekaran daerah, dari Kabupaten Induk Minahasa ke Kabupaten Minahasa Selatan, semua objek wisata jadi perhatian serius pemerintah," ujarnya.
Batu Dinding sudah jadi prioritas wisata andalan Minahasa Selatan, bahkan sejumlah investor luar negeri telah memantau dan mengunjungi tempat tersebut.
"Andaikan ada investor yang siap bangun dan menata Batu Dinding, akan memperkaya potensi wisata alam Minahasa Selatan dengan segala pendapatan yang ada," ujarnya.
Selain Batu Dinding, sejumlah lokasi wisata yang jadi perhatian serius pemerintah adalah, Pantai Moinit Kecamatan Tenga, dan Pantai Tatapaan Indah (wilayah Taman Nasional Laut Bunaken).
"Kalau bisa diupayakan, Pemerintah dan DPRD akan alokasi anggaran khusus melalui APBD untuk membangun Batu Dinding menjadi wisata alam yang layak dikunjungi turis," kata Anggota DPRD Minsel, Rommy Pondaag SH.