Umat Katolik Sri Lanka doa bersama peringati pengeboman Minggu Paskah
Kolombo (ANTARA) - Umat Katolik Sri Lanka menyalakan lilin dan berdoa bersama dalam upacara peringatan di depan gereja lokasi pengeboman, Selasa.
Aksi lilin tersebut digelar sebulan setelah pengeboman Minggu Paskah oleh gerilyawan garis keras yang menewaskan lebih dari 250 orang.
Serangan 21 April, yang diklaim oleh kelompok ISIS, menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah, mengejutkan negara pulau tersebut dan menghancurkan situasi yang relatif damai selama satu dekade setelah berakhirnya perang saudara 25 tahun.
Para jemaat termasuk korban selamat dan kerabat korban, berkumpul di depan gereja Katolik St. Anthony's Shrine di Ibu Kota Kolombo untuk mengikuti upacara peringatan.
"Saya tidak ingin datang ke sini," kata Gloria, yang hadir dalam acara tersebut, sambil mengusap air matanya.
"Namun kami teringat ayah kami yang telah meninggalkan kami," kenang gadis berusia 17 tahun, yang ditemani ibu dan saudara kandungnya, Sophia.
Gloria, yang menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan dirinya kehilangan kesadaran selama serangan, dan membuka mata untuk melihat saudara kandungnya yang merangkak ke arahnya dan sang ayah yang berlumuran darah.
Angkatan laut sedang merenovasi gereja yang dicat putih, yang dilapisi perancah. Sementara itu polisi dengan anjing pelacak berpatroli di area tersebut.
Sumber: Reuters
Aksi lilin tersebut digelar sebulan setelah pengeboman Minggu Paskah oleh gerilyawan garis keras yang menewaskan lebih dari 250 orang.
Serangan 21 April, yang diklaim oleh kelompok ISIS, menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah, mengejutkan negara pulau tersebut dan menghancurkan situasi yang relatif damai selama satu dekade setelah berakhirnya perang saudara 25 tahun.
Para jemaat termasuk korban selamat dan kerabat korban, berkumpul di depan gereja Katolik St. Anthony's Shrine di Ibu Kota Kolombo untuk mengikuti upacara peringatan.
"Saya tidak ingin datang ke sini," kata Gloria, yang hadir dalam acara tersebut, sambil mengusap air matanya.
"Namun kami teringat ayah kami yang telah meninggalkan kami," kenang gadis berusia 17 tahun, yang ditemani ibu dan saudara kandungnya, Sophia.
Gloria, yang menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan dirinya kehilangan kesadaran selama serangan, dan membuka mata untuk melihat saudara kandungnya yang merangkak ke arahnya dan sang ayah yang berlumuran darah.
Angkatan laut sedang merenovasi gereja yang dicat putih, yang dilapisi perancah. Sementara itu polisi dengan anjing pelacak berpatroli di area tersebut.
Sumber: Reuters