Makassar (ANTARA) - Wakil Presiden ke-10 dan 12 M Jusuf Kalla (JK) mengatakan terbatasnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadi salah satu faktor pemicu aksi premanisme, karena tidak ada penghasilan, ditambah situasi perekonomian global yang tak kunjung stabil.
"Jangan hanya lihat premannya, tapi lihat kenapa dia kenapa menjadi preman. Itu hampir semuanya (daerah), karena tidak adanya pekerjaan, tapi tetap ingin hidup, makanya by pass," kata JK ini di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
Menurut dia, maraknya aksi premanisme tidak hanya diselesaikan dengan memberikan hukuman, tetapi mencari solusi bagaimana mereka tetap ada lapangan kerja. Ia mengatakan daerah yang ekonomi rendah pasti akan banyak aksi kriminal.
Selain itu, lanjutnya, ada ribuan insinyur di Indonesia masih menganggur dan belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai bidangnya, seiring situasi ekonomi global yang tak kunjung stabil.
"Banyak insinyur kita belum dapat kerjaan, meski telah mendapatkan pendidikan tapi masih sulit mendapatkan pekerjaan. Ini akibat situasi ekonomi dunia," tuturnya.
JK mencontohkan beberapa perusahaan yang dimilikinya ketika membuka lowongan pekerjaan untuk proyek tertentu dengan kuota misalnya 20 insinyur, tetapi faktanya yang mengajukan lamaran mencapai 23 ribuan orang.
Ia juga menyinggung kericuhan saat bursa kerja dilaksanakan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa 27 Mei 2025, yang viral di media sosial. Itu menunjukkan ketersediaan lapangan kerja sangat terbatas.
"Bila kita lihat di televisi saat job fair diperkirakan akan hadir itu sekitar 2.000 orang. Tapi ternyata yang ingin mencari pekerjaan di Bekasi ada 25 ribu orang datang dan terjadi kegaduhan luar biasa. Ini karena orang mencari pekerjaan sangat banyak, tapi pekerjaan terbatas," tuturnya.
Mantan Ketua Kadin itu menilai situasi perekonomian global kian tak menentu dampak terjadinya perang di wilayah Eropa, termasuk di Palestina. Ditambah perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China hingga dampaknya ke negara lain menimbulkan perekonomian tidak menentu.
"Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di Amerika, Eropa, dan di negara Asia. Anda harus siap menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini. Jika kita tidak melewati ini, maka kita tidak akan pernah melewati situasi yang baik," katanya kepada wisudawan.
Adanya konflik berkepanjangan di belahan dunia, lanjut JK, maka berefek pada perekonomian termasuk dampaknya ke Indonesia. Hal ini berimbas pula pada kehidupan dunia yang semakin sulit. Harga komoditas ekspor seperti batu bara, nikel, dan sawit, juga akan semakin menurun.
Efeknya, kata dia, Bangsa Indonesia terdampak, ekonomi menurun, kemampuan negara untuk membangun semakin mengecil bahkan pemerintah menyebutnya sebagai langkah efisiensi.
"Dulu anggaran PU (Pekerjaan Umum) sebesar Rp150 triliun, sekarang hanya tinggal Rp28 triliunan. Nanti kita menghadapi jalan-jalan rusak di tahun-tahun mendatang, pengairan tidak bisa berjalan baik di daerah, begitu pun di kota (perekonomian) tidak berlangsung baik," ungkapnya.
Kendati perekonomian yang kurang baik saat ini, kata dia, maka diperlukan upaya-upaya lain agar masyarakat tetap bertahan serta memiliki pekerjaan, salah satunya membuka usaha atau menjadi wirausaha.